The Lord God said, "It isn't good for the man to live alone. I need to make a suitable partner for him" Genesis 2:18
03 September 2008
Seri Pacaran: 3. The Trick is Called Manipulation
Saya dulu sering bingung dengan masalah hubungan antar manusia. Banyak hal yang saya pelajari dari orang-orang di sekitar saya sepertinya tidak bisa diterapkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Misalnya, orang tua saya sering mengatakan bahwa kalau saya baik maka orang akan sayang kepada saya. Ketika pacaran, sayapun berusaha untuk menjadi pacar yang baik; pengertian, tidak gampang curiga, tidak cemburuan, menjadi pendengar yang baik, menjaga perasaan, menunjukkan bahwa saya mengasihi dia, tidak bicara dan bersikap kasar, tidak cerewet, mengormati, tidak mengkritik keluarganya, dsb. Intinya menurut saya, saya adalah pacar yang baik. Tentunya saya berharap dia juga akan baik terhadap saya. Tetapi yang terjadi tidak selalu demikian. Sering kali pacar justru tidak melihat kebaikan-kebaikan saya. Dia terus menuntut, sepertinya apapun yang saya lakukan tidak pernah cukup di matanya. Belakangan seseorang memberitahu saya bahwa ternyata pacar saya dulu itu adalah seorang manipulator, yaitu seseorang yang suka memanipulasi orang lain.
Apakah Manipulasi Itu?
Menurut kamus Longman, memanipulasi berarti dengan tipu daya mempengaruhi seseorang untuk berpikir dan bertindak menurut yang kita ingin mereka lakukan. Menurut pendapat saya, manipulasi adalah trik yang dilakukan oleh ego sebagai pertahanan diri mengantisipasi hukum survival of the fittest. Dalam pandangan ego, yang kuat dan bisa bertahan hanya mereka yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur orang lain.
Love relationship dan Ego
Perkawinan menurut pendapat saya adalah bergabungnya dua orang laki-laki dan perempuan menjadi satu dimana mereka berjalan bersama menuju ke suatu tujuan yang sama pula. Karena itu pacaran adalah waktu dimana pasangan tersebut belajar menyesuaikan langkah mereka sehingga ketika mereka menikah, idealnya mereka sudah siap untuk berjalan bersama sebagai satu kesatuan. Mereka bisa saling mendukung dan membantu karena mereka sadar bahwa keberhasilan yang satu adalah juga keberhasilan yang lainnya, begitu juga dengan kegagalan. Mereka bisa saling menguatkan ketika ada yang lemah. Mereka juga bisa mengatasi masalah secara bersama-sama karena masalah bagi satu orang adalah juga maslah bagi yang lainnya. Dan seterusnya.
Dalam kesadaran ego yang tidak mengenal persatuan, love relationship bukan merupakan realita dua orang yang bergabung menjadi satu - satu keberadaan satu tujuan melainkan suatu realita dimana salah satu dari dua orang harus mati supaya hanya ada satu keberadaan dan satu tujuan. Karena itu hubungan yang dikuasai ego banyak diwarnai oleh pertengkaran dan peperangan untuk menentukan siapa yang harus mati. Mati yang saya maksud disini adalah keadaan dimana pendapat maupun perasaan orang tersebut tidak dianggap penting. Hubungan yang digerakkan oleh ego banyak diwarnai dengan sakit hati karena salah satu merasa bahwa pendapatnya tidak dihargai, perasaannya tidak perlu dipedulikan, keberatan-keberatannya tidak dihiraukan, harga dirinya diinjak-injak, dll, yang intinya adalah supaya hanya ada satu penguasa dalam hubungan tersebut yang didengar, dihormati dan dipatuhi.
Love Relationship dan Manipulasi
“Enak dong jadi yang berkuasa,” kata anak ketiga saya agak nyolot. Tidak juga karena sebetulnya tidak selamanya yang berkuasa akan tetap berkuasa sebab tidak ada satu orangpun yang mau merelakan dirinya dikuasai oleh orang lain. Dari sinilah muncul ilmu manipulasi – ilmu untuk menguasai dan mengendalikan orang lain.
“Kalau kita sudah dikuasai pacar kita, misalnya, bagaimana supaya kita bisa melepaskan diri?” tanya anak saya lagi. Seperti orang berkelahi, mungkin kita belum bisa melepaskan diri tetapi kita bisa ganti menguasai orang tersebut. Contoh, Kevin merasa Wendy terlalu mengatur kehidupannya. Gadis yang sudah dipacari setahun lebih itu menempatkan diri seolah-olah dialah the boss – semua kata-katanya harus dituruti, semua keinginannya harus diikuti. Sampai suatu ketika Kevin tidak tahan lagi dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Tanpa diduga ternyata Wendy menangis dan memohon supaya Kevin tidak pergi. Menurutnya, Kevinlah satu-satunya orang yang bisa mengerti dia. Wendy berjanji akan merubah sikapnya asal Kevin tidak pergi.
Jadi, dalam ilustrasi diatas, Wendy kah yang lebih kuat? Wendy kah yang menguasai Kevin? Ternyata, sikap bossy Wendy akhirnya gagal mengikat Kevin. Sementara itu, justru sikap Kevin yang penurutlah yang membuat Wendy tidak bisa lepas darinya. Awalnya Kevin tidak tahu kalau ternyata dalam kelemahannya ternyata dia justru memiliki posisi kuat. Tetapi setelah Wendy menunjukkan ketergantungannya, saya yakin Kevin merasa seperti tercerahkan dan kedepannya ia akan menggunakan jurus ini untuk menguasai wanita.
Tanpa disadari, sejak kecil kita semua sudah belajar manipulasi. Seorang anak yang tiap kali merengek keinginannya dituruti akan terus memakai cara ini untuk mendapatkan apa yang dikehendaki. Ada juga yang sampai tingkat parah yaitu membuat dirinya sakit tiap kali keinginannya ditolak. Anak belajar dari reaksi orang-orang di sekitarnya. Ketika sebuah cara dilihatnya berhasil ia akan terus memakainya.
Jadi jangan beranggapan bahwa manipulasi itu selalu dilakukan dengan sadar. Sedihnya, kebanyakan tidak. Seorang teman pernah memiliki pacar yang sebetulnya super manipulative. Cara yang ia lakukan adalah dengan menjadikan dirinya pelayan bagi kekasihnya. Ia perlakukan kekasihnya seolah-olah seseorang yang paling berharga sedunia tetapi sebetulnya ini hanya cara dia untuk mengikat teman saya ini. Pacar teman saya ini memainkan perannya dengan mulusnya sampai teman saya benar-benar terbuai. Tetapi ternyata sebetulnya di dalam hatinya pacar teman saya ini benci dengan apa yang dilakukannya. Jika ia mau jujur, ia sakit hati diperlakukan sebagai seorang pelayan. Ia ingin dihargai sebagai kekasih. Sakit hatinya ini sering terungkap pada saat ia marah. Ia bisa sangat kasar dan sering menuduh teman saya tidak tahu diri.
Anjuran saya adalah untuk tetap waspada dan jangan mudah terbuai sikap pasangan yang selalu baik. Dalam masa pacaran, perlu sekali untuk memperhatikan setiap sisi dari penampilan pacar kita dan jadikan itu bahan pertimbangan untuk mengevaluasi karakternya. Kesalahan yang sering kita lakukan adalah hanya melihat sisi manis pasangan kita dan menutup mata terhadap sikap-sikapnya yang tidak kita sukai. Saya dulu juga membuat kesalahan seperti ini tetapi sekarang saya sudah belajar bahwa Tuhan tidak akan menunjukkan sesuatu kepada kita kalau itu tidak ada gunanya. Jadi apapun yang kita lihat semasa pacaran, jadikan itu masukan untuk menilai pasangan kita - apakah ia calon yang baik untuk pasangan hidup dan ayah dari anak-anak kita. Yang kita cari adalah seseorang yang sepadan - bukan yang menjadikan kita budak bukan pula majikan.
Contoh umum manipulasi dalam hubungan laki-laki perempuan
Salah satu contoh manipulasi terbesar adalah dalam dunia sex dimana laki-laki menyuruh sang pacar melakukan hubungan sex sebagai bukti cinta atau perempuan menggunakan daya tarik seksualnya untuk mengikat laki-laki. Yang terakhir ini biasanya dilakukan oleh perempuan yang sudah berpengalaman.
Sebagai pihak yang akan menanggung resiko, seorang gadis jarang sekali yang dengan suka rela mau melakukan hubungan sex sebelum menikah. Biasanya mereka lebih memilih pengekspresian kasih yang aman; jalan ke mal, nonton, makan di resto, ke gereja bersama, dsb. Kehidupan sex di negara-negara Barat bisa dijadikan contoh bagaimana manipulasi ini sudah begitu mengakar sehingga banyak gadis remaja disana percaya mereka harus memenuhi tuntutan teman laki-laki mereka untuk bisa diterima. Mempertahankan kegadisan akhirnya mereka anggap sebagai penghalang dalam pergaulan meskipun jauh di lubuk hati mereka selalu dibayangi rasa was-was.
Di lain pihak, banyak laki-laki yang sangat lemah ketika dihadapkan pada godaan sex. Pascal, bukan nama sebenarnya, teman dekat saya dan suami pernah curhat. Dia merasa hidupnya selalu disetir oleh pacarnya. Setelah dipancing-pancing akhirnya keluar pengakuan bahwa ia tidak pernah bisa menolak rayuan sang pacar. Dengan getir dia bilang, “I wish I could say no!”
“Andai saja aku bisa bilang tidak,” itulah jeritan hati para korban manipulasi. Mereka tahu yang mereka lakukan tidak sesuai dengan nurani tetapi tidak bisa menghindar.
Mengapa manipulator bisa mendapatkan mangsa?
Seorang manipulator yang berpengalaman tahu bahwa seseorang akan merasa nyaman dalam kendalinya jika ada imbalannya. Seorang sekretaris mau dipacari direkturnya yang sudah beristri karena janji promosi, misalnya, kenaikan gaji, atau dijanjikan akan dinikahi. Seorang gadis “rela” menuruti kehendak pacarnya karena dijanjikan tidak akan ditinggalkan. Seorang laki-laki “ikhlas” membelikan pacarnya baju dan perhiasan mahal karena berharap barang-barang ini akan mampu mengikat pacarnya agar tetap setia.
Janji dan harapan inilah yang membuat seseorang “dengan suka rela” masuk perangkap, seperti tikus masuk jebakan karena tertarik ikan di dalamnya. Disadari atau tidak, orang tersebut telah menanggalkan kebebasannya (hidupnya) demi imbalan tersebut. Maka ketika janji dan harapan itu ternyata kandas tak terwujud, para korban manipulasi ini sakit hati, merasa dikhianati. Mereka merasa telah mengorbankan diri tetapi tidak mendapat apa yang diinginkannya.
Allah tahu manusia mudah terpedaya oleh permainan ini. Melalui Yesaya Ia mengingatkan, “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?” (Yes. 2:22)Bagaimana menghindari manipulasi?
Manipulasi sangat mudah diterapkan kepada orang-orang yang mudah terpedaya oleh permainan kata-kata atau terpesona oleh sikap yang manis. Karena itu penting sekali untuk menjalin hubungan intim dengan Allah supaya kita bisa mendengar tuntunan-Nya. Saya percaya Allah selalu memberi kita peringatan jika ada bahaya mengancam. “Saya merasa tidak damai sejahtera,” begitu orang sering menandai adanya sesuatu yang perlu dihindari.
Seperti pucuk gunung es, yang kelihatan di permukaan hanyalah sebagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi. Karena itu lebih baik berhati-hati dari pada harus menanggung akibat yang fatal dan kemudian sakit hati.
Saya selalu percaya kasih itu indah. Tipu daya dan kasih adalah seperti gelap dan terang. Mereka tidak bisa bersatu. (A&S)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment