16 August 2008

Seri Pacaran: 1. The Trap Is Called Ignorance

Menurut saya dunia percintaan itu dunia yang sangat unik. Selain menawarkan keindahan yang luar biasa, ternyata diam-diam ia bisa menjadi tempat yang sangat berbahaya; banyak sekali perangkap disitu dan kalau tidak hati-hati mudah sekali untuk terjebak di dalamnya.

“Jangan lebay deh ...” kata anak perempuan saya yang kedua. Dia kira saya sedang nakut-nakutin dia supaya tidak pacaran. Saya bilang saya tidak melebih-lebihkan. Ini kenyataan. Kita semua pasti sering dengar kisah-kisah tragis dan pilu dari saudara-saudara kita, bahkan sampai ada yang kehilangan nyawa karena cinta. “Yang bahagia juga banyak,” sanggah anak saya yang lain. Memang benar dan saya ikut senang kalau lebih banyak lagi pasangan yang bahagia karena pengalaman mereka akan memberi harapan kepada teman-teman kita yang mulai takut dengan cinta karena seringnya terluka . Tulisan inipun saya maksudkan untuk memberi dukungan kepada mereka supaya tidak jera untuk mencintai karena mencintai itu indah, kalau kita tahu rahasianya.

Masalah Renny

Belum lama ini seorang teman, sebut saja Renny, datang ke rumah untuk curhat. Kelihatan dari mukanya yang kusut kalau ia sedang menghadapi masalah berat. Ia bercerita bahwa sejak setahun yang lalu yaitu sejak ia tahu bahwa ternyata pacarnya, Aldy, sudah beristri, ia telah bertekad untuk memutuskan hubungan mereka. Tetapi sampai sekarang ini mereka masih berhubungan. Renny tahu yang dia lakukan salah. Ia juga sadar bahwa jika istri Aldy tahu mengenai hubungan mereka pasti ia akan sangat sakit hati. Tetapi di sisi lain Renny belum bisa pergi dari Aldy. Ia ingin Aldy saja yang meninggalkan dia. Berkali-kali Renny mencoba bikin ulah untuk memancing kemarahan Aldy supaya Aldy pergi tetapi ternyata Aldy tidak pernah terpancing. Justru sebaliknya, Aldy menanggapi semuanya dengan penuh pengertian dan sabar. Renny jengkel. Sehari sebelum Renny datang ke rumah, Aldy bilang bahwa ia akan menceraikan istrinya supaya bisa menikahi Renny. Teman saya ini bingung sekarang. Menurutnya ini gawat. Ia tidak mau menyakiti istri Aldy tetapi ia masih belum bisa mengakhiri hubungan mereka. “Apa yang harus kulakukan?” tanyanya.

Sangat mudah untuk tertantang mengatakan, “Ya sudah, tinggalin aja. Apa sih susahnya? Jangan cari perkaralah!” Mungkin kita heran, kenapa hal yang menurut kita begitu simple dan sudah sangat jelas bisa membuat Renny bingung. Jawabannya adalah, sebagai orang yang tidak terlibat dalam peristiwa tersebut kita orang bebas, tidak ada ikatan emosi dengan peristiwa tersebut. Kita hanyalah penonton, karenanya bisa dengan enteng menasehati. Sangat berbeda dengan posisi Renny. Hati dan pikirannya sedang terjebak. Seperti binatang yang masuk perangkap si pemburu, ia tidak bisa bergerak bebas. Parahnya lagi, Renny tidak melihat jebakan itu apalagi cara kerjanya sehingga bisa melepaskan diri. Yang ia tahu, ketika ia berusaha menjauh dari Aldy ada nyeri yang menusuk hatinya. Karena itu ia harus kembali lagi.

The trap is called ignorance

“Jadi perangkapnya itu apa? Terus gimana caranya supaya ngga masuk kesitu?” tanya anak ketiga saya tidak sabar. Saya tahu dia sengaja nanya-nanya karena sebetulnya dia sudah kepingin pacaran.

Saya amati, ternyata perangkapnya adalah:

1. Kurangnya pengetahuan akan dunia love relationship
2. Ketidak-tahuan kita bahwa Allah peduli dengan kehidupan percintaan kita.

Tidak ada sekolah atau kursus yang mengajari kita tentang pacaran. Meski beberapa orang tua dan gereja yang mulai melihat pentingnya hal ini, lebih banyak yang masih menganggapnya tabu untuk membicarakannya. Padahal begitu menginjak remaja, perhatian anak akan dunia ini sangat besar. Mereka ingin tahu, banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban tetapi tidak tidak tahu bertanya kepada siapa. Bukan hanya menyangkut masalah sex saja (yang ditakuti oleh kebanyakan orang tua) tetapi juga masalah yang menyangkut hubungan itu sendiri. Akibatnya mereka belajar secara otodidak dengan menggunakan bahan acuan yang belum tentu bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Sebagai hasilnya, informasi mengenai dunia per-cinta-an pun simpang siur yang bukannya membuat mereka mengerti malahan jadi semakin bingung.

Ini terlihat dari fakta di lapangan. Jangankan yang sedang pacaran, yang sudah menikah sekian puluh tahunpun banyak yang gagap ketika itu menyangkut love relationship. Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus perceraian paling tinggi se Asia Pasifik. Dari data yang dihimpun Pengadilan Agama, setiap tahunnya tercatat lebih dari 200 ribu pasangan bercerai atau dari 100 pasangan menikah, 10 pasang bercerai.

Kurangnya pengetahuan kita akan hubungan laki-laki perempuan membuat banyak orang salah mengartikan apa yang sedang terjadi. Kita ambil contoh kasus teman saya diatas. Renny merasa terperangkap dalam hubungannya dengan Aldy karena mengira bahwa sakit yang ia rasakan ketika menjauh dari Aldy adalah ukuran kedalaman cintanya kepada pacarnya tersebut. Karenanya ia merasa membohongi dirinya sendiri jika ia meninggalkan Aldy. Tepatnya kepada saya dia bilang seperti ini,
"Ga' mungkin aku ninggalin dia. Aku ga' bisa bohongin diriku sendiri kalau aku tu sayang banget sama dia."

Melepaskan ikatan (detachment)

Renny tidak tahu bahwa sakit hati yang ia rasakan itu wajar. Bukan berarti saya mengecilkan rasa sakit tsb, tetapi mengalami sakit seperti itu adalah proses yang semua orang harus lalui ketika berpisah dengan seseorang yang dikasihi. Namanya dua hati yang telah melekat, pastilah sulit untuk dilepaskan. Pasti akan ada bagian yang terasa terkoyak. Tetapi luka itu bisa disembuhkan yaitu dengan cara memprogram ulang pikiran kita. Awalnya, hati Renny dan Aldy tidak langsung lengket. Dari pdkt hingga resmi pacaran terjadi proses pendekatan hati secara bertahap yang disebabkan oleh pikiran-pikiran mereka. Dengan kata lain, pikiran merekalah (yang di follow up dengan tindakan) yang melekatkan hati keduanya. Dan dengan pikiran pulalah (yang diikuti dengan tindakan) mereka bisa melepaskan ikatan tersebut. Saya tidak bicara mengenai hubungan yang sudah menyangkut hubungan badan. Untuk ini akan kita bicarakan tersendiri.

Detachment yang membawa kemenangan

Jika bersatunya hati terjadi secara bertahap, melepaskan ikatanpun juga butuh waktu. Setiap kali pikiran Renny membawanya untuk kembali lagi ke Aldy, ia harus bisa mengatakan, “Tidak. Allah sudah mempersatukan Aldy dengan istrinya. Aku tidak punya hak memisahkan mereka. Saatnya aku mencari yang lain.” Ini tidak mudah. Yang menjadi hambatan adalah perangkap no.2 - kita tidak tahu bahwa Allah peduli dengan kehidupan percintaan kita. Banyak orang takut melepaskan orang yang mereka cintai karena tidak tahu bahwa Allah akan membantu menyembuhkan luka mereka. Mereka juga tidak tahu bahwa Dia mampu dan mau dengan senang hati memberikan pengganti yang jauh lebih baik. Ketidak-tahuan ini membuat banyak orang mati-matian bertahan pada sebuah hubungan yang sebetulnya tidak perlu atau bahkan tidak boleh dipertahankan.

Jika Renny bisa melihat bagaimana kedua perangkap itu telah memenjarakan hatinya dan mau belajar meyakini kebenaran firman Allah, ia tidak akan kesulitan memprogram pikirannya untuk move on dan tidak get stuck dengan Aldy. Kalau ia bisa konsisten melakukan ini dan tidak terpancing untuk menengok ke belakang, ia akan keluar dari masalahnya sebagai pemenang. Dia juga akan belajar bahwa patah hati, meski sakit, bukan lagi hal yang menakutkan karena ia tahu bagaimana membuat hatinya utuh kembali. Bukan hanya itu, iapun akan memiliki harapan dan berani meyakininya bahwa Allah menyediakan pasangan yang tepat untuk dia, hanya untuk dia tanpa harus berbagi dengan orang lain.

Saya percaya kasih itu indah. (A&S)

No comments: