11 May 2009

The Truth About Soulmate

Ketika ditanya mengenai soulmate, sering secara otomatis kita akan mengajukan beberapa kriteria – dia harus begini, dia harus begitu - yang kalau kita cermati baik-baik, sering kriteria tsb ternyata berasal dari adanya pengharapan akan hadirnya seorang manusia super yang akan melepaskan kita dari ketakutan akan hidup berpasangan.

Kita ambil contoh salah satu definisi soulmate yang membuat saya tersenyum. “Soulmate adalah seseorang yang, tanpa kita beri tahu, dapat mengerti apa yang kita inginkan.” Saya amati, mereka yang setuju dengan definisi ini kebanyakan adalah orang-orang yang bermasalah dalam mengutarakan keinginannya karena takut ditolak.

Atau mereka adalah orang yang frustasi karena merasa perkataannya sering tidak dimengerti sehingga meskipun sudah menjelaskan panjang lebar tetap tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Karenanya ia merindukan hadirnya sang dewa penolong yang bisa membuatnya tidak usah bicara tapi mendapat apa yang dia inginkan.

Kita ambil lagi contoh, “Soulmate adalah orang yang bisa membuat kita merasa aman.” Dari definisinya sudah jelas bahwa orang yang setuju dengan definisi ini adalah orang yang takut atau merasa terintimidasi dengan kehidupan.

Intimidasi ini bisa secara verbal yaitu mereka yang sering menerima kata-kata keras, kasar, merendahkan, dsb. Secara fisik yaitu mereka yang sering dipukul, ditampar, diancam akan dibunuh, dsb. Secara emosional yaitu mereka yang sering berhadapan dengan orang yang cepat marah, tersinggung, membenci, mendendam. Ataupun secara finansial yaitu mereka yang hidup dalam kemiskinan atau merasa dirinya miskin. Mereka merindukan hadirnya pasangan yang tidak menempatkannya pada posisi demikian.

Tujuan saya menulis blog ini terus terang tidak untuk meyakinkan anda bahwa kita membutuhkan hadirnya pasangan yang bisa menyelamatkan kita dari penderitaan hidup ini. Karena jika itu yang saya lakukan saya akan menjerumuskan anda kedalam kengerian yang lebih dalam lagi. Seperti dikatakan,

“Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?” (Yes. 2:22)

Saya lebih suka untuk mengajak anda belajar mengatasi ketakutan sehingga bisa menjadi pribadi yang kuat yang tidak tergantung kepada orang lain.

Soulmate

Soulmate sangat membantu kita tetapi bukanlah penyelamat karena ia tetap manusia dengan segala beban hidup dan masalahnya sendiri. Meskipun sering memang bisa menolong, pasti akan ada saatnya dimana ia tidak ada ketika kita membutuhkannya.

Sangat beruntung bahwa sebagai pengikut Kristus kita memiliki Penyelamat yang selalu bisa diandalkan, yang selalu ada, dan selalu sanggup untuk menolong kita yaitu Yesus Kristus. Dialah Sang Mempelai yang sejati. Dialah satu-satunya yang bisa membuat kita merasa aman. Dia juga mengerti apa yang kita inginkan bahkan sebelum kita mengatakannya.

Karenanya, tujuan saya memberi judul blog ini dengan “Find Your Soulmate” bukan hanya untuk menginspirasi anda menemukan pasangan yang tepat tetapi lebih untuk menemukan Sang Mempelai Sejati kita melalui hubungan dengan pasangan karena kita tidak akan bisa mengasihi Sang Mempelai yang tidak kelihatan tanpa terlebih dahulu mengasihi yang kelihatan.

Love Relationship is A Journey to God

Saya melihat hubungan kita dengan Allah adalah seperti sebuah perjalanan. Dari cara kita mengasihi saudara kita akan terlihat seberapa jauh lagi jarak yang harus kita tempuh untuk menemukan Kerajaan Allah.

“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus. (Mark. 12:33-34)

Pengertian Soulmate

Kita mengenal yang disebut classmate yaitu teman sekelas, roommate atau teman sekamar serta schoolmate atau teman satu sekolahan. Jadi soulmate dalam pemahaman saya adalah orang yang sejiwa.

Ini bukan berarti kita mendapat separoh jiwa dan pasangan kita separohnya lagi (Inggris: my other half, Jawa: sigaraning nyawa atau belahan jiwa) seolah-olah jiwa adalah benda padat yang bisa dibagi-bagi. Karena hubungan kita dengan Allah adalah sebuah perjalanan iman, saya melihat pasangan soulmate adalah sepasang manusia yang jiwanya berada di fase iman yang sama.

Mereka adalah pasangan yang mencari, meyakini, dan menyembah sesuatu yang sama sehingga mengumpulkan harta yang sama pula bagi jiwa mereka. Pasangan yang demikian dengan sendirinya akan mudah untuk bersatu karena “dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Luk. 12:33-34)

Kita akan memakai perjalanan umat Israel dari Mesir ke Tanah Perjanjian untuk menggambarkan perjalanan iman manusia dari umat yang tidak mengenal Allah hingga menempati Tanah Perjanjian - suatu keadaan dimana manusia hidup dari firman Tuhan serta penggenapan janji-janji-Nya.

Perjalanan iman manusia mengalami beberapa fase.

1. Fase Perbudakan



Kehidupan bangsa Israel dalam penjajahan Mesir adalah gambaran dari keadaan manusia yang belum mengenal Allah dimana mereka tidak bisa melihat hidup ini melampaui hal-hal yang duniawi.

Ada dua kelompok manusia yang berpasangan dalam fase ini. Kelompok pertama adalah si penguasa yang beranggapan bahwa kekuatannya terletak pada kemampuannya dalam mengendalikan orang lain. Karenanya untuk melindungi kekuatannya tsb, mereka akan memastikan pihak yang lainnya tetap lemah dan tak berdaya sehingga mudah dikuasai. (Kel. 1:9-10)

Sementara kelompok kedua adalah si lemah yang menyandarkan hidupnya kepada si penguasa karena berpikir bahwa hanya dengan cara ini mereka bisa hidup. Sebagai imbalannya mereka mau melakukan apa saja yang dikehendaki si penguasa. (Kel. 14:12)

Yang membuat kedua kelompok ini berjodoh bukan karena yang satu suka menjajah dan yang lain tidak keberatan untuk dijajah, melainkan karena keduanya sama-sama menyandarkan kekuatan dirinya pada hal-hal duniawi. Mereka adalah pasangan yang sepadan karena hati mereka ada di tempat yang sama.

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Mat. 6:19-21)

Jika anda ada dalam hubungan yang diwarnai dengan kekerasan fisik, verbal dan emotional seperti layaknya hidup dalam perbudakan, jangan terburu-buru menyalahkan pasangan tetapi lihat dahulu siapakah anda.

Jangan-jangan tanpa anda sadari anda termasuk kelompok pertama yaitu orang yang memperlakukan pasangan sebagai obyek, yang pendapatnya, perasaannya bahkan harga dirinya tidak pernah anda pedulikan. Apakah anda beranggapan bahwa membuat pasangan menuruti kehendak anda itu jauh lebih penting daripada mendengarkan keluh kesahnya? Mungkin anda khawatir bahwa jika anda terlalu lunak kepada pasangan ia akan menjadi berani dan kemudian melawan atau bahkan meninggalkan anda?


Atau bisa jadi anda adalah kelompok kedua yaitu orang yang tidak PD? Yang merasa tidak berdaya ketika pendapat maupun perasaan anda tidak dianggap penting oleh pasangan anda? Yang karena takut kehilangan dia anda merasa terpaksa menerima saja ketika anda dicaci maki, disakiti, hak anda tidak dihargai bahkan dirampas atau bahkan harga diri anda diinjak-injak? Yang berpikir harus terus menerus berkorban dan kalau perlu, maaf, menggunakan tubuh anda untuk mempertahankan hubungan anda dengan pasangan anda?

Keadaan yang demikian tidak bisa diperbaiki hanya dengan berganti pasangan karena meskipun berpisah dari pasangannya, orang yang masih dalam fase ini kebanyakan akan kembali berpasangan dengan orang yang serupa.

Kata-kata seperti, “Dasar laki-laki! Semuanya sama saja!”, “Perempuan. Dimana-mana sama saja!” atau, “Kenapa saya selalu jatuh cinta dengan orang yang suka menyiksa?” menunjukkan bahwa meskipun telah berganti pasangan, banyak yang akhirnya jatuh ke tangan orang dengan karakter serupa.

Karena keadaan seperti ini terjadi kepada orang-orang yang belum mengenal Allah (tidak semua orang yang mengaku dirinya Kristen telah mengenal Allah -untuk hal ini akan kita bahas di lain kesempatan), seperti bangsa Israel yang dibawa keluar dari Mesir agar bisa beribadah kepada Allah, satu-satunya cara untuk keluar dari fase perbudakan ini adalah dengan mendekatkan diri dan menjalin hubungan intim dengan Allah.

“Tetapi siapa yang mendengarkan aku, ia akan terlindung daripada kedahsyatan malapetaka.” (Amsal 1:33)

2. Fase Penyembahan Berhala

Keadaan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir adalah gambaran manusia yang belum sepenuhnya percaya akan penyertaan Allah. Mereka bersyukur dan menyembah Allah hanya ketika keadaan enak dan menyenangkan. Tetapi ketika keadaan sulit mereka mulai beralih kepada illah-illah lain.

Dalam kehidupan berpasangan, ada dua kelompok manusia yang berada di fase ini. Kelompok pertama adalah kelompok yang menyandarkan kekuatannya pada illah yang ia gunakan untuk memikat pasangannya seperti kekayaan, ketenaran, kedudukan dalam masyarakat, kekuasaan, pekerjaan, dsb.

Sementara kelompok kedua adalah kelompok yang mau menjual jiwanya demi menukarnya dengan illah-illah tsb karena mengira mereka bisa menyelamatkan hidupnya.

Kedua kelompok ini berjodoh bukan karena yang satu memiliki harta dan yang lain membutuhkannya tetapi karena mereka percaya dan menyembah illah yang sama yaitu illah yang berasal dari dunia ini.

Jangan terburu-buru menyalahkan pasangan jika anda sulit memiliki hubungan yang kuat. Sepertinya kasih hanya ada ketika keadaan sedang menyenangkan. Sementara di saat ada masalah begitu mudahnya kekerasan, pertengkaran, kecurigaan, perselingkuhan serta cemburu masuk dan mengacaukan kedamaian.


Jika anda menggunakan uang anda untuk merayu pasangan anda, atau anda lebih suka menghujani pasangan anda dengan hadiah ketika anda rasa hubungan mulai menjauh daripada mencari penyebabnya dan kemudian membicarakannya, atau anda merasa pasangan anda tidak berhak mengeluh selama anda telah mencukupi kebutuhannya, dsb, itu berarti anda adalah jenis orang yang menggunakan illah dunia untuk mengikat pasangan anda.

Jangan salahkan pasangan anda jika baginya illah itu lebih penting daripada hati anda. Dan jangan terkejut jika pasangan anda berkata, “Ada uang abang sayang, tidak ada uang abang ditendang” karena selama ini tanpa anda sadari anda telah melatih pasangan anda untuk mencintai harta anda dan bukan diri anda.

Atau mungkin anda adalah kelompok kedua, yang rela menjual jiwa anda demi menukarnya dengan illah dunia tsb.

Jangan salahkan pasangan jika ia merasa bahwa selama kebutuhan keuangan anda terpenuhi anda tidak berhak mengatur kehidupannya, atau jika ia hanya merasa berkewajiban untuk mengirim uang tetapi tidak untuk membahagiakan anda, atau jika dia menganggap perasaan anda bukan masalahnya, dsb.

Mengapa demikian? Karena dari awal anda mengajari dia untuk memberikan illahnya saja dan bukan jiwanya.


Pasangan di fase ini sulit untuk bisa bahagia, karenanya sangat rentan terhadap perceraian. Jika anda melihat siaran infotainment di TV nasional kita akhir-akhir ini, banyak sekali kisah sedih mereka-mereka yang hidup di fase ini. Berganti pasangan juga tidak akan memperbaiki keadaan karena selama kita berada di fase penyembahan berhala ini, kita akan mencari dan tertarik pada orang-orang yang ada di fase yang sama.


Karena penyebab ketidak-bahagian ini adalah kepercayaan bahwa illah dunia itu bisa menolong kita, maka untuk keluar dari penderitaan ini kita harus masuk ke fase pemulihan dimana paradigma kita yang keliru ini bisa diubahkan.


3. Fase Pemulihan

Fase pemulihan adalah fase dimana manusia mulai sadar pentingnya penyertaan Allah dalam hidup mereka. Mereka mulai melihat bahwa diluar Allah mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Fase ini digambarkan dengan perjalanan umat Israel setelah menyeberangi sungai Yordan dimana mereka harus bertarung dengan suku-suku lain untuk merebut tanah mereka. Dengan mengandalkan Allah, merekapun akhirnya bisa menduduki Tanah Perjanjian.

Pasangan yang ada di fase ini memiliki kesamaan yang membuat mereka menjadi sepadan yaitu keduanya sadar akan pentingnya penyertaan Allah dalam hidup mereka seperti terlihat dalam usaha mereka untuk mendudukkan Allah di tempat yang paling tinggi. Hubungan yang demikian memungkinkan pasangan ini untuk saling membantu proses pemulihan dan saling menguatkan ketika yang lain jatuh. Di fase inilah manusia dapat melihat dan melatih fungsi mereka sebagai penolong bagi pasangannya sepanjang perjalanan mereka dalam mengasihi Allah dan sesamanya dengan cara yang benar.

Selama terus berpegang kepada firman Tuhan dalam menghadapi segala perkara, pasangan yang ada di fase ini adalah pasangan soulmate yang memiliki harapan besar untuk hidup bahagia. Bukan berarti mereka tidak akan memiliki masalah, tetapi justru dengan adanya masalah hubungan mereka menjadi teruji dan semakin kuat.

Jadi sebelum memutuskan untuk menikah, teliti kembali di fase manakah anda dan pasangan sekarang berada? Lebih baik sabar dan berhati-hati daripada terburu-buru tetapi menyesal di kemudian hari.

Kasih memang indah tetapi diperlukan komitmen untuk menempuh perjalanan iman agar bisa melihat keindahannya. (A&S)

2 comments:

Anonymous said...

Artikel ini bagus :), dan menurutku soulmate itu bukan hanya "terbatas" pada arti sebagai pasangan hidup, tetapi lebih kepada teman sejati di dalam mengarungi perjalanan hidup :).

Agnes d T said...

Thanks :). Setuju. Memang soulmate itu tidak terbatas pasangan hidup saja. Tapi berhubung masalah dengan pasangan itu jauh lebih kompleks dibanding dengan sahabat, kalau kita bisa mengatasi masalah dengan pasangan, otomatis dengan sahabat tidak akan kesulitan.

Thanks atas commentnya ya.