07 November 2008

Persiapan Menyambut Soulmate (2)



God is love. Love is blind. So, God is blind?

Banyak nilai-nilai ditawarkan dunia mengenai cinta yang sering sama sekali tidak berdasarkan kebenaran. Sayangnya, banyak orang percaya dan menerimanya begitu saja. Seperti contoh diatas, cinta itu buta. Kalimat ini sering sekali kita dengar, sehingga kita hampir tidak pernah menanyakan kebenarannya.

Saya termasuk mereka yang tidak setuju bahwa cinta itu buta karena menurut saya, cinta itu berasal dari Allah dan segala sesuatu yang berasal dari Allah itu tidak mungkin membuat kita buta. Membutakan sementara mungkin bisa, seperti Saulus ketika melihat terang Allah, tetapi untuk kemudian melihat lagi dengan penglihatan yang benar.

Jadi sebetulnya masalahnya bukan terletak apakah cinta itu bisa membutakan, tetapi lebih pada, betulkah yang membuat buta itu cinta? Dan pertanyaan selanjutnya, “Seandainya yang membutakan itu bukan cinta, terus apa?”

Tertarik tidak sama dengan cinta

Banyak manusia lalu lalang di bumi ini, tetapi tidak semuanya menarik perhatian kita. Jadi menurut saya, rasa tertarik adalah tanda adanya kemungkinan untuk sebuah hubungan. Ada sesuatu dalam diri orang tersebut yang ingin kita ketahui, kita lihat, dan mungkin kita miliki. Tapi, hati-hati, betapapun indahnya perasaan anda saat tertarik dengan seseorang, ini bukan cinta. Jangan salah sangka.


Maaf, saya perlu mengingatkan anda karena kalau kita salah mengartikan apa yang kita rasakan, respon kitapun akan salah. Menganggap perasaan tertarik ini sebagai cinta membuat kita tanpa berpikir panjang mengira harus mengikutinya bahkan seringkali dengan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan akal sehat kita. Padahal ini hanya kemungkinan yang sedang ditawarkan kepada kita untuk menjalin hubungan dengan orang tersebut (yang tidak selalu berarti bertujuan untuk pasangan hidup); kita boleh menerima atau menolaknya. Kita tidak diciptakan sebagai makluk yang dikendalikan oleh instink dan perasaan melainkan sebagai manusia cerdas yang dikarunia kehendak bebas untuk memilih.

Benih gandum dan benih lalang
Saya percaya, ketika dua orang setuju untuk menjalin hubungan, Allah akan menentukan tujuan buat mereka supaya hubungan itu bermanfaat untuk mendatangkan kebaikan. Iapun mulai menabur benih rancangan-Nya. Tapi seperti yang selalu terjadi, begitu benih gandum ditabur Tuhan, iblis akan menebar benih lalang. (Mat. 13:24-25)


Dalam konteks hubungan laki-laki dan perempuan, salah satu bagian dari rencana Allah bagi pasangan ini adalah untuk mengasihi. Sementara itu iblis menebar benih keinginan daging. Mengapa iblis memilih benih ini? Karena ia akan memakai hukum persetubuhan untuk membinasakan kedua anak manusia ini. Bagaimana caranya?

Mari perhatikan baik-baik. Ini penting sekali karena disinilah iblis mamasang perangkapnya. Dalam Kej. 2:24, Mat. 19:5, 1 Kor. 6:16 dikatakan bahwa ketika dua orang bersetubuh maka mereka akan menjadi satu daging. Saya percaya hukum ini bertujuan untuk melindungi hubungan suami istri. Allah sendiri menjamin bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa memisahkan mereka kecuali kematian.

Iblis menebar muslihat
Iblis akan berusaha untuk meyakinkan kita bahwa sebetulnya firman itu tidak benar. Umpamanya dengan mengatakan bahwa itu hanya cara untuk menakut-nakuti manusia supaya mereka tidak melakukan hubungan badan dengan orang yang tidak mereka cintai . Nyatanya belum pernah terjadi bahwa ketika dua orang berhubungan badan mereka kemudian menjadi satu tubuh.


"Tapi," iblis juga akan menambahkan, "Seandainya firman itu benar, itu malah menguntungkan karena dengan adanya hukum itu kamu bisa mengikat orang yang kamu sayangi sehingga ia tidak dapat pergi lagi." Dengan memasang wajah seolah-olah ia adalah seorang penasehat yang baik ia akan berbisik, "Jadi tidak perlu khawatir. Selama kamu mencintai pasanganmu, lakukan saja. Biar dia tidak bisa kemana-mana, " Begitu kira-kira kata iblis.

Jangan termakan tipu muslihatnya
Memang dalam pandangan mata jasmani setelah sepasang manusia melakukan hubungan badan sepertinya tidak terjadi apa-apa secara daging, namun sebetulnya dengan mata rohani akan terlihat bahwa mereka telah terikat seperti dua kembar siam - kemana yang satu pergi yang lain akan ikut terbawa.

Dua dipaksa menjadi satu

Bisa dibayangkan apa jadinya jika hubungan sex dilakukan tanpa pemikiran dan persiapan yang matang. Ini pasti akan sulit buat keduanya. Tanpa cinta, susah sekali untuk memiliki alasan kuat yang mampu membuat mereka secara suka rela bertahan dalam ikatan tsb. Bisa ditebak, keduanya pasti akan berusaha untuk membebaskan diri.

Apa jadinya jika kembar siam berusaha melepaskan diri dari saudara kembarnya? Tiap kali dia menarik dirinya untuk menjauh, tiap kali pula dia harus menghentikan usaha tsb karena bukan hanya dia menyakiti kembarannya tetapi juga menyakiti diri sendiri. Mereka boleh mencoba dan mencoba tetapi ini adalah usaha yang sia-sia. Jika mereka memaksa juga, akibatnya bisa fatal. Mereka bisa menderita luka yang sangat parah dan kemungkinan bisa berujung pada kematian. Sementara itu jika bertahan, merekapun tidak bahagia.

Saya rasa ini sebabnya mengapa sepasang kekasih yang sudah melakukan hubungan sex sebelum menikah biasanya tidak bahagia. Mereka juga sangat susah untuk berpisah, meski kadang mereka tahu bahwa mereka tidak cocok satu sama lain. Kalau toh kemudian putus, mereka sangat kesakitan. Banyak diantaranya yang tidak kuat menanggungnya dan bunuh diri.

Awas jebakan!!!

Inilah yang perlu kita waspadai. Banyak orang terjebak disini. Mereka tidak mengenali benih apa yang sedang mereka siram, percaya saja kepada segala sesuatu yang mengatas-namakan cinta. Mereka tidak teliti, tidak kritis, tidak mempertanyakan, "Betulkah ini cinta?" Kalau toh mereka bertanya, banyak yang tidak serius ingin mendapatkan jawaban, melalui doa yang terus menerus dan puasa, misalnya.

Mengapa demikian? Karena meski banyak nilai-nilai salah mengenai cinta, di dalam pikiran kita kata "cinta" tidak pernah berkonotasi bahaya. Pikiran memahami cinta sebagai bahasa jiwa, bahasa komunikasi yang tertinggi. Meski bisa jadi awalnya curiga, pikiran mudah menerima segala sesuatu yang diberi label cinta dengan ramah, tanpa menyadari akibat yang ditimbulkan sangat jauh berbeda antara bahasa cinta dan bahasa tipu.

Jangan terkecoh

Inilah saatnya kita bongkar muslihat licik si iblis. Mari kita lihat sumber kerancuan ini sehingga kita mengetahui dimana iblis memasang jebakan agar bisa menghindar.

Di dalam tubuh setiap manusia, Allah telah menanamkan perintah untuk “Beranakcuculah dan bertambah banyak;” (Kej. 1:28), perintah yang sama seperti yang diberikan Allah kepada binatang (Kej. 1:22) sehingga, seperti halnya yang terjadi dengan binatang, secara instinktif badan akan menterjemahkan rasa tertarik antar lawan jenis sebagai kesempatan untuk ber-reproduksi. Bagaimana tubuh meresponi perintah ini terlihat jelas melalui sensasi badani yang kita rasakan. Sensasi ini juga mempengaruhi pikiran kita – jika kita biarkan pikiran kita bebas membawa kita, coba amati kemana kita akan dituntunnya ketika tanpa sengaja tangan kita bersentuhan dengan orang yang menarik hati kita, ketika mata kita bertemu dengan matanya, ketika kita hanya berdua saja, dsb. Tidak apa-apa. Ini sesuatu yang alami. Sebagai makhluk yang dibekali dengan kecerdasan kita perlu mengetahui cara kerja tubuh kita agar bisa mengendalikannya. Jika tidak, kitalah yang akan dikendalikannya.
Tetapi maaf, sekali lagi saya peringatkan kepada anda, ini bukan cinta. Ini instink atau naluri. Jika tanpa berpikir panjang kita mengikuti dorongan ini, kita berperilaku tak ubahnya seperti binatang. Tolong jangan artikan saya sedang menghakimi, saya hanya memaparkan fakta. Justru melalui tulisan ini saya mengajak kita semua untuk sadar: Here is the trap!!! Disinilah jebakannya karena begitu anda mengatakan "Ya" dan mengikuti dorongan ini susah sekali untuk keluar dari sini.


Kabar gembiranya, selain makluk daging, manusia juga terdiri atas jiwa dan roh. Kepada mereka Tuhan juga telah mengeluarkan perintah salah satunya adalah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Karena itu rasa tertarik juga diterjemahkan jiwa dan roh kita sebagai kesempatan untuk mengekspresikan kasih yang dari Allah. Orang yang normal, tidak sakit jiwa, akan merasakan hal yang sama. Coba perhatikan pikiran-pikiran yang melintas di kepala kita ketika melihat orang yang kita taksir sedang tidak bahagia, putus asa, kecewa, marah, disakiti, menangis, sedih, terluka, berbeban berat, dsb. Bukankah kita ingin menolong dan menunjukkan betapa Allah mengasihi dia?
Kasih menyatukan manusia dengan manusia dan manusia dengan Allah. Dengan kasih kita dihubungkan dengan kedahsyatan kekuatan Allah karenanya tipu daya Iblis tidak akan bisa memperdayai kita. Mendahulukan panggilan roh dan jiwa kita untuk mengasihi dibanding panggilan kedagingan untuk ber-reproduksi adalah pilihan yang sangat tepat karena tubuh ini diciptakan untuk melayani roh kita dan bukan sebaliknya.

Kesaksian yang bisa mengakhiri permainan iblis.
Iblis tahu bahwa ketika sepasang manusia membawa Allah dalam hubungan mereka, ini akan menghasilkan kekuatan yang sangat dahsyat yang bisa mengancam existensi iblis. Ia sudah memperhitungkan kemungkinan bahwa pasangan-pasangan seperti ini adalah orang-orang yang akan dengan lantang bersaksi tentang kebaikan dan kasih Allah serta akan mengungkapkan tipu daya iblis dan menyebarkannya kepada orang-orang lain sehingga tidak ada lagi orang yang bisa diperdaya.


Iblis khawatir bahwa karena kesaksian pasangan itu banyak orang akan berbalik kepada Allah dan meninggalkannya. Kalau tidak ada lagi manusia yang percaya kepada kebohongannya, permainannyapun akan berakhir. Karenanya iblis berusaha kuat mencegah hal ini terjadi.


Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan mengacaukan pemahaman manusia mengenai misi jasmani (berkembang biaklah) dan rohani (mengasihi). Dengan kata lain, iblis menanamkan pemahaman bahwa sex dan cinta itu satu paket.


Sex atau hubungan badan tidak lagi diartikan sebagai cara untuk meneruskan keturunan tetapi dibelokkan menjadi sekedar memuaskan keinginan daging. Ini terlihat dari banyaknya pasangan yang semangat melakukan hubungan badan tetapi panik bahkan benci ketika pihak perempuan hamil.

Sementara itu definisi cinta juga didangkalkan artinya menjadi sama dengan tertarik. Akibatnya begitu seorang laki-laki dan perempuan merasa tertarik satu sama lain, mereka mengira itu cinta dan cepat atau lambat langkah selanjutnya adalah menuju ke hubungan badan.

Banyak yang terpedaya dan percaya saja karena tampaknya tidak ada yang salah, sex itu indah dan cinta itu indah. Yang kita lupa adalah bahwa sex itu indah hanya jika dilakukan atas dasar kasih dan dalam hubungan yang diberkati Allah (perkawinan). Diluar itu, sex akan menuntun kita kepada kebinasaan (Ams. 5:5).

Jadi sekarang kita tahu dari mana munculnya nilai-nilai yang menyesatkan seperti: love hurts, love is blind, cinta memang kejam, dsb.

Saya percaya kasih itu indah. Kalau sampai ia tidak indah pasti itu bukan kasih karena dari buahnya kita akan mengenali pohonnya. (A&S)

1 comment:

Anonymous said...

I agree. Nice article ...