20 March 2009

Mengapa Hanya Perempuan Yang Ingin Menikah?

Seorang teman perempuan melontarkan pertanyaan ini. Katanya dia sudah pacaran serius tiga kali tetapi selalu berakhir dengan sakit hati karena tiap kali melontarkan ajakan untuk menikah, pacarnya selalu menolak, baik secara langsung maupun tidak. “Sayang, kita jalani dulu yang sekarang ini. Aku memang sayang sama kamu tapi aku belum siap untuk kesitu,” kata pacar pertama. “Dik, aku takut kalau aku ngga bisa membahagiakan adik. Jujur aja ya, aku masih belum mau terikat,” kata pacar kedua. “Ngapain sih buru-buru menikah. Enakan begini, ngga ada tanggung jawab. Coba kalau kita menikah, apalagi punya anak…” kata pacar ketiga.

Belum lama ini saya ngobrol dengan seorang teman kuliah yang sudah lama tidak bertemu. Dia bercerita mengenai kehidupan pernikahannya dengan istri yang dinikahinya 8 tahun yang lalu. Tersirat nada bangga dalam nada bicaranya bahwa ia merasa telah menjadi suami dan ayah yang baik. Pembicaraan bergulir ke saat ketika pacarnya yang sekarang ini menjadi istrinya minta dia untuk segera menikahinya. Pada waktu itu ia tidak tahu harus menjawab apa, sementara pacarnya terus mendesak. “Kalau ngga mau menikah sekarang, kita putus aja!” katanya menirukan ancaman pacarnya.

“Terus terang aku bingung banget. Sebetulnya gajiku waktu itu lumayanlah, cukup kalau untuk membiayai sebuah keluarga sederhana. Tapi aku mikir, bisa enggak ya aku membahagiakan istriku nanti? Gimanapun juga dia ini anak orang. Apa kata orang tuanya kalau ternyata setelah jadi istriku anaknya tidak bahagia ? Belum mikirin kalau nanti kami punya anak. Gimana sekolahnya nanti? Kalau anak sakit? Atau untuk nyicil rumah? Yah…pikiran-pikiran seperti itu terus muter-muter di kepala begitu pacarku minta nikah. Pokoknya pusing deh…” katanya sambil menggaruk-garuk kepala. Diam-diam saya ingin tahu juga kelanjutan ceritanya.

“Pacarku sih enak, namanya juga perempuan kan nantinya ikut suami. Eeeh…aku belum bilang setuju, dia sudah sibuk ngomongin soal baju pengantin, gedung, kateringnya pakai tantenya aja, fotographernya pakai kenalan kakaknya …ya yang gitu-gitulah. Aku ngga’ ngerti cara berpikir perempuan. Kalau soal perayaannya sih…gampangnya ni ya, terpaksanya cuma bagi-bagi nasi bungkus buatku ngga masalah. Yang aku pikirin kedepannya itu.”


Saya tidak setuju dengan pendapat teman saya yang mengatakan bahwa hanya perempuan yang ingin menikah sementara laki-laki sepertinya tidak butuh. Saya yakin, seperti halnya perempuan, laki-lakipun juga memiliki keinginan untuk menikah. Stephen, laki-laki yang sekarang menjadi suami saya, bahkan jauh sebelum kami pacaran sudah mengatakan, “If I could, I would marry you tomorrow.” Jadi saya rasa pertanyaannya bukan “Mengapa hanya perempuan yang ingin menikah?” tetapi, “Apa yang membuat laki-laki ingin menikahi seorang perempuan?”

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, seorang teman yang lain menanyakan mengapa laki-laki susah membuka hati. Teman ini berpendapat bahwa sepertinya laki-laki itu hidup dengan kepalanya saja dan tidak dengan hatinya. Saya juga tidak setuju dengan pendapat ini karena Allah memberikan baik wanita maupun pria otak untuk berpikir dan hati untuk merasa. Jadi jika fungsi otak lebih menonjol daripada fungsi hati, saya rasa bukan berarti laki-laki tidak pernah menggunakan hatinya.

Mengapa Laki-laki tidak sembarangan membuka hati?

Ketika Adam dan Hawa sedang berjalan-jalan di taman Eden, mereka bertemu dengan si Ular Tua. Hawapun mulai terlibat percakapan dengan si Ular yang akhirnya membujuk Hawa untuk memakan buah terlarang. Terpengaruh oleh kata-kata si Ular, Hawapun mulai mengamat-amati buah tsb.

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. (Kej. 3:6)

Hawa tidak begitu saja memutuskan untuk memakan buah terlarang tsb setelah bicara dengan si Ular tetapi setelah matanya melihat dan hatinya tertarik untuk mendapatkan manfaat dari makan buah itu yaitu mendapat pengertian. Dan ketika ia memberikannya kepada Adam, suaminya itupun tidak menolak.

Saya tidak percaya bahwa Adam adalah seorang laki-laki yang takut istri atau laki-laki lemah yang tidak bisa menjaga martabatnya sebagai pemimpin karena sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah, pastilah ia memiliki segala kualitas yang baik sesuai dengan definisi Allah mengenai gambaran diri-Nya.

Allah memberikan larangan untuk tidak memakan buah tsb hanya kepada Adam, yaitu tepat sebelum Allah menciptakan Hawa (Kej. 2:16-17). Jika Hawa mengetahui larangan tsb, pasti Adamlah yang memberitahukannya. Dengan kata lain, perintah itu bukan hanya perintah dari Allah untuk Adam tetapi juga perintah Adam untuk istrinya. Pertanyaannya, apakah yang membuat seorang laki-laki pemimpin yang gagah perkasa dan sempurna seperti Adam sampai mau melanggar perintah Allah dan perintahnya sendiri serta rela mati demi menuruti keinginan istrinya?

Jawaban yang bisa saya pikirkan adalah karena Adam sangat mengasihi dan sangat ingin membahagiakan hati istrinya. Ia tidak sampai hati untuk menolak keinginan perempuan yang diketahuinya berasal dari daging dan tulangnya itu (Kej.2:23). Bisa jadi Adampun berpikir demikian, “Allah memberikan wanita ini untuk kucintai dan kusayangi. Karena itu Dia pasti tidak keberatan jika karena kasihku ini aku terpaksa melanggar perintah-Nya. Allah pasti melihat bahwa aku melakukan ini bukan karena aku ingin melawan Dia tetapi justru sebaliknya.”

Ternyata Adam keliru. Allah memang mengasihi manusia ciptaan-Nya dan kasih ini tidak hilang meski setelah manusia melanggar perintah-Nya. Tetapi sebagai penguasa langit dan bumi, perintah Allah adalah hukum yang harus ditaati. Ketika hukum itu dilanggar, si pelanggar tetap menerima konsekuensinya.

Saya rasa dari sini Adam sadar dan melihat betapa bahayanya makluk yang ia beri nama perempuan itu karena ternyata dibalik tubuhnya yang kelihatan lemah, tersimpan daya yang bisa menaklukkan hati dan membuatnya menuruti segala keinginannya. Saya yakin bahwa sejak saat itu Adam pasti mulai berhati-hati terhadap Hawa.

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kej.3:12)

Saya amati bahwa sebetulnya laki-laki tidak takut mencintai. Banyak yang bahkan secara terang-terangan menunjukkan bahwa ia sedang mencintai seseorang. Meskipun demikian, banyak dari mereka itu yang tetap tidak mau membiarkan hatinya dimiliki perempuan. Alarm mereka sangat peka dan segera berbunyi ketika mereka merasa pacarnya mulai ingin mengatur kehidupannya. “Aku ingin bebas,” atau “Aku tidak mau terikat,” adalah kata lain dari “Aku tidak akan biarkan kamu mengatur aku.”

Padahal jika laki-laki diperlakukan sebagaimana mereka ingin diperlakukan, kaum pecinta kebebasan ini tidak akan keberatan untuk menyerahkan hatinya kepada kekasihnya.

Wanita yang membuat laki-laki ingin menjadikannya istri

1. Wanita yang bisa mengormati kedudukan laki-laki sebagai pemimpin

Tuhan memang sudah merancang laki-laki sebagai pemimpin (Ef.5:23). Saya yakin Allah mencetak naluri kepemimpinan ini dalam DNA mereka. Artinya, laki-laki memiliki kepekaan lebih dibanding perempuan mengenai peran ini. Secara naluriah mereka pasti tahu ketika sang pasangan melanggar teritori kepemimpinannya, apalagi sampai mengambil alih peran tsb.

Banyak wanita tidak menyadari betapa pentingnya posisi pemimpin ini bagi laki-laki. Karena wanita cenderung untuk tidak memandang serius masalah kepemimpinan, sangat mudah bagi mereka untuk beranggapan bahwa laki-lakipun tidak mempermasalahkannya. Akibatnya, ketika suatu ketika mereka dapati pasangannya tidak lagi terbuka dan bahkan secara pelan-pelan mulai menjauh, mereka mengira bahwa itu karena pasangannya sudah tidak mencintainya lagi. Apalagi jika setelah itu ternyata pasangannya dekat dengan wanita lain. Banyak wanita tidak bisa melihat bahwa sikap dominan yang mereka tunjukkan kepada pasangan banyak berperan dalam menutup pintu hati orang yang dikasihinya tsb.

2. Wanita yang bisa menguasai hatinya - tidak pemarah dan tidak suka bertengkar

Wanita yang memiliki hati yang teduh adalah tempat berlindung yang aman bagi suami dan anak-anaknya. Istri yang demikian adalah istri yang dicari suami ketika ia penat sepulang kerja, pusing karena banyak masalah, atau bingung memikirkan jalan keluar. Karena ia tahu bahwa istrinya mampu membuat penatnya hilang, kepalanya dingin dan hatinya tenang.

Sementara perempuan yang tidak bisa menguasai hatinya, pemarah dan suka bertengkar akan dihindari suami maupun anaknya terutama ketika mereka memiliki masalah. Karena mereka tahu bahwa semakin banyak istri atau ibunya tahu permasalahan mereka, semakin ruwet jadinya.

Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. (Ams. 21:19)

3. Wanita yang tidak mempermasalahkan kelemahan pasangannya

Sebagai seseorang yang dirancang untuk memimpin, saya yakin semua laki-laki sangat menyadari pentingnya nilai harga diri dan martabatnya. Mereka senang jika orang memandang mereka sebagai laki-laki yang gagah, perkasa dan memiliki wibawa. Tetapi mereka bisa jadi sangat marah jika kelemahan mereka diutak-utik, apalagi jika kelemahan tsb merupakan sesuatu yang tidak bisa dirubah.

Naomi tahu bahwa Rut adalah wanita yang bisa menjaga perasaan laki-laki dan membuatnya merasa aman. Karena itu ketika menjodohkan Rut dengan Boas, seorang laki-laki kaya yang lebih pantas untuk menjadi ayah daripada suami, mantan mertuanya itu yakin bahwa Boas tidak akan menolaknya. Seperti yang telah diperhitungkan oleh Naomi, Boas sangat terkesan oleh perlakuan Rut terhadapnya. Kepada Rut Boas berkata,

“Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.” (Rut 3:10)


Ketiga hal diatas adalah contoh dari karakter wanita yang dicari oleh pria. Masih banyak kareakter lain yang bisa digali. Jangan salah sangka, saya tidak menganjurkan anda merubah diri anda untuk menjadi seperti mereka supaya anda bisa mendapatkan laki-laki. Kalau hanya untuk alasan ini saya tidak perlu mengutip firman Tuhan untuk mendukung pendapat saya.

Tetapi saya ingin kaum wanita melihat bahwa banyak hal-hal baik yang Tuhan telah tanamkan dalam diri wanita ketika Dia menciptakan mereka. Meski saya sendiri seorang wanita, terus terang semakin saya mengenal kaum saya ini, semakin saya kagum dan hormat kepada Allah yang telah merancang wanita sebagai ciptaan-Nya yang luar biasa, begitu luar biasanya sampai Dia berkenan meletakkan masa depan sebuah bangsa di tangan mereka melalui fungsi sebagai ibu dan istri. Duniapun mengakui hal ini, sampai-sampai ada pepatah yang mengatakan, “Behind every great man, there is a great woman.”

Jadi, menurut saya, kewajiban setiap wanitalah untuk menjadikan dirinya “a great woman.” Bukan untuk memikat atau menyenangkan laki-laki, tetapi terutama untuk menggenapi rancangan Allah dalam diri mereka. Syaratnya mereka harus berada di dalam Allah. Karena saya percaya, hanya di dalam Dia-lah segala yang baik akan muncul dengan sendirinya. Dan ketika wanita di dalam Allah, dengan sendirinya Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya ini akan memberikan pasangan yang sepadan untuk mereka.

Saya percaya kasih itu indah. Mari kita nikmati keindahannya yang memancar dari setiap hati yang mengasihi Allah. (A&S)

2 comments:

Stephanus said...

luar biasa.. sangat memberkati :)
GBU

Anonymous said...

Inspiring story..shud learn more for us,woman to be more the neck that supports the head of the family=D

Thankyou..