Saya selalu berpatokan pada kata-kata Yesus, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Mat. 7:11) Karenanya saya yakin dialog di bawah ini tidak akan mungkin terjadi.
“Tuhan yang baik, please temukan aku dengan soulmateku,”kata anda.
“Aduh nak, baru kemarin soulmatemu menikah dengan orang lain,” jawab Tuhan.
“Yaaaa... kok Tuhan ijinin sih?”
“Habis dia ngotot. Aku kan menghormati kehendak bebasnya, nak.”
“Tapi Tuhan kan tahu dia itu soulmateku. Pokoknya aku ngga mau tahu, beri aku soulmate.”
“Maaf nak. Aku hanya menciptakan satu soulmate untuk setiap orang. Jadi kamu menikah dengan yang lain saja ya. Toh semua manusia sama saja. Mereka anak-Ku juga.”
Saya rasa dialog yang lebih tepat adalah seperti ini:
“Tuhan yang baik, please temukan aku dengan soulmateku...” kata anda.
“Aku sudah siap mengirim dia, nak, tapi apa kamu sudah siap menerima dia?” tanya Tuhan.
“Aku rasa sudah, Tuhan. Aku sudah pingin sekali ketemu dia”.
“Aku tahu kamu pingin sekali, tapi apa kamu sudah siap menerima dia?”
“Aku yakin sudah Tuhan, umurku sudah cukup, aku sudah punya pekerjaan tetap, dan kedua orang tua sudah ingin sekali aku segera menikah. Oh ya aku juga sudah punya tabungan untuk biaya pernikahan nanti.”
Tuhan tersenyum lembut, “ Maksudku begini, nak. Kamu tahu Aku sangat mengasihi anak-anak-Ku kan?”
“Iya, Tuhan, aku tahu.”
“Kamu juga tahu Aku selalu memperlakukan anak-anak-Ku dengan lemah lembut?”
“Iya, Tuhan aku juga tahu.”
“Kamu pernah dengar kan bahwa bagi-Ku, anak-anak-Ku adalah biji mata-Ku. Jadi Aku pasti akan selalu mengawasi dan menjaga mereka.” (Za.2:8)
“Iya, Tuhan. Engkaupun mengatakan hal itu mengenai aku.”
“Jadi, nak, jika Aku memberimu pasangan hidup, maukah kamu berjanji bahwa apapun yang terjadi kamu akan selalu ingat bahwa pasangan yang kuberikan padamu itu adalah anak-Ku?”
“Ya iyaalah, Tuhan, masak aku lupa.”
“Maksudku, demi Aku, tolong kamu jaga dan sayangi dia dengan segenap hatimu. Aku sangat mengasihi anak-Ku itu, nak, jadi, kamu harus tahu ini, kalau engkau sampai berperkara dengannya, engkau juga akan berperkara dengan-Ku.” (Mat.25:40)
“Lho kok Tuhan begitu? Sepertinya kalau yang ini berat urusannya, Tuhan”
“Aku juga mengatakan hal yang sama mengenai kamu kepada anak-Ku itu. Karena itu persiapkan dirimu baik-baik supaya nantinya kalian bisa saling mengasihi. Jadi kalian tidak perlu berperkara dengan Aku,” kata Tuhan sambil tersenyum.
Cara mempersiapkan diri
1. Menyadari bahwa setiap saat Tuhan menguji kesiapan hati kita
Bicara mengenai soulmate adalah bicara mengenai pasangan terbaik yang diberikan Tuhan kepada kita. Ibaratnya kita ini sedang meminang anak Raja. Dengan sendirinya kita harus berusaha keras untuk disukai Sang Raja.
Bagaimana caranya?
a. Tunjukkan bahwa kita hanya memiliki iman dan pengharapan kepada Tuhan. Ini terlihat pada saat kita mengira bahwa soulmate yang kita tunggu-tunggu tidak kunjung datang juga. Jika iman dan pengharapan kita kepada Tuhan lemah, dengan sendirinya kita akan mudah kompromi. Waspadai jika ada pikiran-pikiran seperti ini yang melintas di kepala kita, “Hmm, kayaknya jadi second wife juga ngga apa-apa. Yang penting kan kaya,” “Banyak sih sifat-sifat dia yang aku ngga suka, tapi mana ada sih orang yang sempurna?” “Aku tahu dia pengguna narkoba. Pelan-pelan aku akan ajak dia untuk berhenti,” “Agama kita beda, tapi apa salahnya?”dsb.
Tidak perlu mempertimbangkan pikiran yang demikian karena pesannya sudah sangat jelas: dia bukan untuk anda. Kalau anda ragu, jangan-jangan dia adalah soulmate anda, tunda dulu untuk berhubungan serius dengannya karena sekarang ini dia belum siap. Jangan takut kehilangan dia. Berdoa dan tanya Tuhan. Kalau dia memang jodoh anda Tuhan pasti akan menyuruh dan membantu dia untuk mempersiapkan diri supaya layak untuk anda. Jika kita harus mempersiapkan diri, bukankah soulmate kitapun juga harus melakukan hal yang sama?
b. Tunjukkan bahwa kita memiliki hati yang mengasihi sehingga Tuhan percaya bahwa anak yang akan diberikan-Nya kepada kita kelak tidak akan menderita. Kualitas hati kita terlihat dari cara kita menghadapi kejadian di sekitar kita; bagaimana reaksi kita menghadapi orang yang menyakiti hati kita, orang yang menyebalkan, orang yang berbohong, yang menipu kita, atau yang sedang sharing kebahagiaannya (akankah kita iri?), dsb. Intinya, karena Allah mengasihi anak-anak-Nya tanpa syarat, Iapun ingin kita mengasihi mereka dengan cara yang sama.
Karena itu belajar dan terus belajar untuk mengasihi siapa saja, termasuk orang yang menurut kita tidak masuk hitungan. (Mat. 25:40) Dengan demikian ketika mengucapkan janji nikah kelak, kita tidak merasa ragu.
c. Terus mengembangkan diri
Gali potensi diri dan kembangkan sehingga ketika soulmate itu datang, banyak yang bisa kita share - bukan hanya dalam bentuk materi tetapi termasuk juga pengalaman, pengetahuan serta nilai-nilai yang kita dapat dalam pergumulan ketika kita berusaha meraih apa yang kita impikan.
Penting sekali bagi kita untuk terus menerus mengembangkan diri, bukan hanya untuk kebaikan kita sendiri, tetapi juga supaya ketika yang terbaik datang, kita merasa layak untuk menerimanya.
2. Percaya bahwa Tuhan hanya akan memberikan yang terbaik
Hal ini akan memberi motivasi kita untuk mempersiapkan juga yang terbaik. Banyaknya perkawinan yang tidak bahagia salah satunya adalah karena kita tidak tahu bahwa ketika Tuhan memberi, Dia hanya akan memberi yang terbaik. Kalaupun kita tahu, kita tidak yakin kita layak menerimanya sehingga di tengah jalan kita menyerah dan mau menerima pasangan yang kualitasnya biasa-biasa saja bahkan banyak yang ternyata sangat jauh dari harapan.
Saya sama sekali tidak sedang merendahkan mereka yang memiliki kualitas demikian. Tetapi coba kita pikirkan ini baik-baik: ketika kita mencari pasangan hidup, di surga sana calon anak-anak kita berseru, “Ma, tolong carikan aku papa yang terbaik menurut mama ya.” Atau, “Pa, tolong carikan aku mama yang terbaik menurut papa.” Tegakah kita untuk menganggap enteng pesan ini? Kebahagiaan mereka kelak sangat ditentukan oleh usaha kita sekarang.
3. Miliki apa yang ingin kita dapatkan dari pasangan kita
Bermacam-macam manusia tinggal di bumi ini, dengan segala sifat dan kebiasaan mereka. Salah satu dari mereka adalah seseorang yang kelak akan jadi pendamping hidup kita. Untuk tahu siapa jodoh kita, terlebih dulu kita harus tahu siapa diri kita. Mengapa demikian? Mari kita perhatikan gambar dibawah ini.
Pasti anda setuju dengan saya bahwa ini adalah gambar sepasang sepatu. Darimana saya dan anda tahu bahwa mereka memang pasangan yang tepat? Bisakah anda menemukan pasangannya jika saya memberi anda salah satu sepatu tersebut? Mengapa anda begitu yakin tidak akan tertukar dengan sepatu yang di bawah ini?
Begitu juga dengan soulmate. Jika kita ingin mendapatkan soulmate dengan kualitas tertentu, milikilah kualitas tersebut dalam diri kita. Jika kita ingin memiliki soulmate yang taat pada Tuhan, belajarlah kita untuk taat kepada Tuhan. Jika ingin soulmate yang sabar, belajarlah untuk sabar. Jika ingin soulmate yang pekerja keras, jadilah kita pekerja yang keras, dsb.
Soulmate bukanlah orang yang bertugas mengisi kekosongan kita – karena saya emosional maka soulmate saya harus sabar, saya pendiam dia harus rame, saya malas soulmate saya harus rajin. Bukan, bukan demikian. Hubungan yang semacam itu lama kelamaan melelahkan dan menyebalkan.
Mari perhatikan gambar kedua roda gerigi di bawah ini.
Kasih Allah begitu indah. Ia memikirkan segala sesuatunya sampai sekecil-kecilnya. (A&S)
No comments:
Post a Comment