24 July 2008

When the spark's gone


Siapa tidak ketagihan dengan perasaan ketika kita jatuh cinta. Seandainya perasaan itu dapat bertahan terus sepanjang masa, urusan cinta mencinta tidak akan menjadi begitu complicated alias ribet. betapa tidak, ketika jatuh cinta hati ini rasanya ringan tanpa beban. Tiap kali memikirkan si dia, yang ingin kita lakukan adalah menyenangkan hatinya – membelikan sesuatu yang dia suka, ngobrol mengenai topik-topik kegemarannya, pergi ke tempat-tempat yang dia akan enjoy, dlsb. Sepertinya kita sanggup untuk menghabiskan seluruh waktu kita hanya dengan dia. Begitu indahnya perasaan jatuh cinta ini sampai banyak pasangan memutuskan segera menikah tak lama setelah mengenal pasangannya.

Sayangnya yang sering terjadi tidaklah selalu seperti yang diharapkan. Banyak yang heran ketika letupan-letupan cinta itu pelan-pelan melemah seiring dengan berjalannya waktu. Perasaan yang membawanya terbang melayang itu sedikit demi sedikit menghilang digantikan oleh perasaan lain yang membawanya turun mendarat ke bumi. Entah kapan dimulainya fokuspun mulai beralih dari bagaimana menyenangkan hati si dia menjadi bagaimana menyenangkan hatiku. Mulaikah kita mengatur – jangan begini jangan begitu, harus begini harus begitu yang intinya adalah bahwa kalau kamu begini atau begitu aku tidak suka.

Puji-pujian yang dulu sering sengaja dipersiapakan untuk diucapkan jika ketemu doi mulai jarang terdengar bahkan hilang sama sekali digantikan oleh kritikan atau bahkan membanding-bandingkan. “Kamu sekarang kok begini sih?”, “Kamu selalu saja begitu. Aku tu bosen tahu ga’?” Seorang teman bertanya kepada saya, “Wajarkah hal ini? Atau mungkin ada yang salah dengan hubungan kami?”

Sebetulnya wajar-wajar saja jika perasaan kita berubah setelah beberapa bulan pacaran. Seperti disebut diatas, ketika jatuh cinta perasaan kita terbang melayang. Namanya juga terbang melayang pastilah bukan perasaan yang permanen karena kita memang bukan burung. Seiring dengan berjalannya waktu interaksi kita dengan pacar akan membawa perasaan kita turun. Kita dibawa untuk menghadapi realita yang sebenarnya. Wajar kalau kemudian yang tampak tidak seindah waktu pertama kali kita jatuh cinta. Namun ini bukan berarti sesuatu yang buruk. Ketertarikan yang besar akan si dia membuat mata orang yang sedang jatuh cinta diwarnai oleh fantasi dan hiperbolisasi. Tetapi setelah masa kekaguman itu lewat, matapun kembali normal. Iapun bisa melihat dengan normal pula.

Jadi, tidak bijaksana juga kalau kemudian kita membandingkan apa yang dia atau kita lakukan saat pertma jatuh cinta dengan setelah tiga bulan atau setahun pacaran. Pastilah amat sangat berbeda. Yang mana yang lebih menyenangkan? Tergantung prioritas kita apa. Ketika sedang jatuh cinta perasaan kita memang berbunga-bunga tetapi kita belum memiliki kepastian bahwa dia adalah milik kita. Karena itu kita belum merasa aman untuk menjadi diri sendiri – masih jaim atau hanya menampilkan yang baik-baik saja. Setelah hubungan berlangsung sekian lama, sedikit banyak sudah terbukti bahwa kita saling memiliki. Ada rasa aman untuk tampil apa adanya. Karena itu pelan-pelan kita mulai tanggalkan topeng si manis yang kita mainkan. Sambil mewaspadai respon si dia pelan-pelan kita memberanikan diri menampilkan siapa diri kita yang sebenarnya.

Sangat disayangkan, banyak yang mengartikan bahwa ketika hal ini terjadi berarti cinta mereka sudah pudar. Mitos yang mengatakan bahwa cinta harus disertai oleh perasaan ekstasi seperti ketika pertama kali bertemu membuat banyak pasangan yang sebenarnya sedang memulai proses pengenalan diri lebih lanjut malah mengakhiri hubungan mereka. Mereka tidak tahu bahwa yang mereka alami adalah proses natural dari sebuah proses hubungan. Artinya, semua hubungan harus melalui proses ini. Hubungan yang selalu harmonis dan tidak ada gejolak justru patut dicurigai. Mungkin itu berarti hubungan tersebut belum diuji.

Cinta bukan hanya mengenai perasaan. Cinta adalah lebih sebagai komitmen untuk bertahan dalam sebuah hubungan. Karena itu cinta hanya akan bisa bertumbuh jika masing-masing menerima perbedaan yang ada dan mendorong yang lain untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian tidak ada satupun yang akan merasa terpaksa untuk memelihara komitmen tersebut. Sesuatu yang dipaksakan lambat laun akan dilepaskan.

Jadi jika anda merasa hati anda tawar terhadap pasangan anda, tidak ada letupan-letupan cinta seperti pertama jatuh cinta, jangan terburu-buru memutuskan hubungan. Cobalah introspeksi terlebih dahulu. Jangan-jangan anda sedang dibawa melangkah ke arah hubungan yang lebih dalam. (A&S)

2 comments:

serafika said...

Love is not ONLY about the sparks but it's an everyday commitment

If i don't feel buterflies in my stomach doesn't mean i don't love you anymore

When i feel thunder rolling down my skin everytime i touch you, it doesn't always mean i love you so much

betul ibu? ;)

Agnes d T said...

Yes, I agree with you...thanks for the comment.