16 September 2008

Seri Pacaran: 4. Mengapa Cemburu Itu Sakit?

Menurut saya rahasia sukses dalam hubungan adalah kalau kita bisa mengendalikan perasaan. Perlu digaris bawahi, mengendalikan perasaan tidak sama dengan mengatur tindakan karena kalau kita telah bisa menguasai hati dengan sendirinya tindakan kitapun akan bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan.

Kembali ke pertanyaan di atas, mengapa cemburu itu sakit? Rasa sakit bisa selalu dilihat sebagai alat untuk menarik perhatian kita. Bayangkan seandainya cemburu itu tidak sakit, kita tidak akan tahu kalau ada yang tidak beres dalam hubungan kita dengan pacar. Akibatnya kita tidak bisa mencegah hal-hal yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Jadi saya rasa, pertanyaan yang lebih tepat adalah bagaimana mengatasi rasa sakit akibat cemburu.

Darimana datangnya cemburu?


Saya amati ketika seseorang cemburu, reaksi pertama yang sering muncul adalah menyalahkan orang ketiga. Tindakan berikutnya adalah berusaha untuk menjauhkan orang tersebut dari sang pacar. Sayangnya ini bukan cara efektif untuk menghilangkan kecemburuan. Bahkan sebaliknya, kita akan semakin rentan terhadap bahaya yang satu ini. Tiap kali ada orang dekat-dekat pacar, pikiran kita langsung curiga, jangan-jangan peristiwa dulu terulang lagi.

Saya mengamati bahwa cemburu adalah pesan yang dikirim ego karena merasa terancam (baca posting "The Battle of the Egos"). Ia mengatakan, “Kamu bukan lagi yang terbaik (terpenting, tercantik/terganteng, terkaya, terhebat, paling menarik ....dsb.) bagi pacar kamu. Buktinya, dia melirik laki-laki/perempuan lain.” Ini menyakitkan hati kalau kita mempercayainya. Dengan kata lain, rasa sakit itu muncul bukan karena adanya orang ketiga melainkan karena kita percaya bahwa kita sedang terancam.





Langkah-langkah untuk mengendalikan cemburu
1. Rubah skenario ego dengan skenario kasih.
Ketika orang ketiga ada dalam hubungan kita, ego melihatnya sebagai ancaman sementara kasih melihatnya sebagai ujian. Seperti seorang Bapa yang sayang sekali kepada anak-Nya, Allah yang sangat peduli dengan keberhasilan perkawinan kita kelak sedang memberi kita kesempatan untuk melihat siapa diri kita dan siapa pasangan kita. Hal ini akan mempermudah kita menentukan apakah dia memang orang yang akan kita pilih untuk menjadi pasangan hidup kita kelak atau tidak.

Ada dua pertanyaan yang harus dijawab dalam ujian ini. Yang pertama untuk yang hatinya sedang berpaling kepada orang ketiga. Pertanyaannya, “Yang manakah yang lebih berharga bagimu; hubunganmu dengan pacarmu atau kemungkinan yang kau miliki bersama orang (ketiga) ini?” Yang kedua untuk yang sedang diduakan. Pertanyaannya, “Maukah kamu memberi kesempatan kepada dirimu sendiri dan pacarmu untuk menimbang-nimbang dengan tenang apakah ia memang orang yang ingin kau jadikan pasangan hidupmu atau tidak ?”

Kita sering dengar, hidup adalah pilihan. Jadi pilihlah hanya yang benar. Hindarkan untuk percaya kepada skenario bahwa pacar kita sedang mengkhianati kita. Ini berbahaya karena hati kita pasti semakin terbakar. Akibatnya reaksi kitapun tidak proporsional. Tetapi tenanglah dan terus tanamkan kepercayaan bahwa Allah tetap bahkan lebih menyertai kita dalam ujian ini. Saya percaya tidak ada satu kejadianpun yang tidak dirancang Allah untuk kebaikan kita.

Memang sakit mengetahui adanya orang ketiga dalam hubungan yang sedang kita bina tetapi sabar ya, percayalah, lebih sakit lagi kalau hal ini terjadi ketika kita sudah menikah dan memiliki anak. Selama masih pacaran, jalan kita masih panjang. Kita masih bebas memilih. Tersedia banyak waktu dan kesempatan untuk memilih hanya pasangan yang terbaik.

2. Mengarahkan pikiran kita
Yang membuat kita semakin terbakar cemburu adalah ketika pikiran ini kita biarkan kemana-mana. Hati yang sakit akan menarik pikiran-pikiran negatif. Dibawah ini saya kutipkan kata-kata seorang wanita yang sedang cemburu.
“Jangankan liat mukanya, dengar suaranya aja aku benci. Suaranya yang sok dibikin manja... hiii... geli banget. Kalau denger dia ketawa ..... rasanya aku pingin nampar itu mulut. Udah keras cempreng lagi. Dimana sih menariknya cewek itu? Heran, mau-maunya cowokku sama dia!”

Semakin kita ikuti kebencian kita, semakin banyak kejelekan yang kita lihat dan semakin panas hati kita. Seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama makin besar dan semakin besar hingga akibatnya bisa semakin merusak. Justru di saat hati sedang panas seperti ini kita harus berhati-hati. Seperti orang yang sedang mengemudi dan menyadari telah salah jalan, langkah pertama adalah berhenti dan kemudian berbalik arah (Ini jalanan di luar kota bukan di Jakarta:)) Begitu juga kita yang sedang terbakar cemburu. Diam. Hentikan apapun yang sedang kita pikirkan. Kita rendahkan diri di hadapan Tuhan dan katakan bahwa kita tidak tahu rencana Allah dibalik semua ini. Meski berat, arahkan hati dan pikiran kita untuk percaya bahwa Allah mengasihi kita.

3. Menerima apapun yang terjadi

Jika akhirnya ternyata pasangan kita memilih orang ketiga, terima pilihan ini dengan keyakinan bahwa ini adalah keputusan yang terbaik. Hindari pikiran-pikiran yang mengatakan, “Aku tidak cukup baik untuknya.” “Ia telah membuang aku.” “Apa yang kurang dariku?” dsb. Ganti pikiran-pikiran tersebut dengan kebenaran bahwa Allah mengasihi kita. Dulu ketika saya ada dalam posisi ini saya memikirkan bahwa Allah mengijinkan semua ini terjadi karena Ia tidak iklas jika anak yang Ia kasihi dan yang Ia perlakukan dengan lemah lembut dan hati-hati ini jatuh ke tangan seseorang yang tidak bisa mengasihinya secara penuh. Karenanya meski hati ini sakit, saya masih bisa mengucap syukur.

Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati. (Yes.: 40:11)
Saya percaya kasih itu indah. Kita bisa membuat keindahannya semakin memancar justru di saat kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan. (A&S)

2 comments:

Bagus Hanindhito said...

Makasih banget atas infonya. Aku memang sedang dalam keadaan ini. Ada orang ketiga yang perlahan-lahan merebut pacarku. Terima kasih, akan saya praktekan..
Good Job!^^

Anonymous said...

Artikel sederhana, tapi pas banget untuk yang sedang sakit hati karena cemburu. Terima kasih sudah post artikel ini, saya diingatkan untuk berpikir dengan mengutamakan Tuhan dalam keadaan apaun dan akhirnya bisa jadi berkat bagi orang lain. JBU.