21 November 2008

Persiapan Menyambut Soulmate (3)

*

Saya yakin kita semua ingin menikah hanya dengan orang yang tepat, dengan jodoh atau soulmate kita. Masalahnya, bagaimana kita tahu bahwa seseorang adalah jodoh kita atau bukan? Bagaimana kita bisa yakin seperti Adam waktu melihat Hawa, “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku!” (Kej. 2:23)

Yang Menghalangi Kita Menemukan Soulmate

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Kej. 2:21

Ketika Allah menciptakan Hawa, Adam belum melakukan dosa. Hubungannya dengan Allah masih sangat dekat, karenanya ia bisa mengetahui pekerjaan Allah dalam hidupnya, meski ia tidak melihatnya. Kita memang telah mengecap dosa. Tetapi penebusan Kristus telah menyelamatkan kita dan membuat kita kembali memiliki kedudukan yang sama dengan Adam yaitu menjadi anak-anak Allah yang adalah Roh. Jadi sebetulnya kitapun bisa, seperti Adam, mengetahui soulmate kita. Masalahnya, bisakah kita mendengar bisikan Roh?

Antara status single sampai dengan ketika kita menghadap Allah untuk menerima pemberkatan nikah, adalah seperti jalan terbentang dengan banyak pemberhentian diantaranya. Di tiap pemberhentian banyak hal-hal menarik yang ditawarkan. Mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan duniawi kita.

Di tempat-tempat ini Iblis telah menyiapkan jebakannya. Bekerja sama dengan manusia daging kita, Iblis berusaha untuk menahan kita di tempat tersebut. Mengapa demikian? Karena ia tidak mau kita menemukan orang yang telah disediakan Allah untuk kita. Karena memang itulah kesukaannya, ia datang untuk mencuri, merusak dan membinasakan apa yang indah yang disediakan Allah bagi kita. Banyaknya pasangan yang tidak bahagia di dunia ini menunjukkan keberhasilan Iblis merancang perangkapnya.




Hukum Roh

Yang membuat Iblis sangat sukses menggiring manusia masuk dalam perangkapnya adalah karena ia mengenal semua hukum roh dan konsekuensinya karena ia pernah tinggal di sorga bersama dengan Allah. Dibanding dengan dia, sebagian besar dari kita masih sangat awam dalam hal ini. Tanpa bantuan Roh Kudus yang terus menerus membimbing, mengajar dan mengingatkan kita, mustahil bagi kita untuk mengalahkan tipu daya Iblis.

Cara Kerja Hukum Roh

Untuk memudahkan memahami Hukum Roh, saya ingin memakai perumpamaan hukum alam. Kita ambil contoh hukum yang mengatakan bahwa benda yang berat jenisnya (BJ) lebih besar dari air (1) jika diletakkan di air akan tenggelam, sementara yang BJ-nya kurang dari 1 akan mengapung.

Berbeda dengan orang dewasa yang tahu bahwa tanpa bisa berenang seseorang akan tenggelam jika masuk ke kolam yang dalam, anak-anak sama sekali tidak tahu akan hal ini. Yang dia tahu air adalah tempat yang menyenangkan untuk bermain. Ketika orang tuanya melarangnya untuk bermain di dekat kolam renang, dia tidak suka karena merasa kebebasannya dikurangi dan kesukaannya dihambat.

Dengan pengalamannya yang masih sangat terbatas, anak kecil ini tidak bisa memahami bahaya yang ada. Jika ada orang jahat yang ingin mencelakannya, orang itu tidak perlu susah payah membujuk anak tsb untuk masuk kolam atau menggendong dan menceburkannya. Lempar saja mainan yang paling disukainya, dengan sendirinya anak tersebut akan meloncat ke kolam.

Jika kemudian anak itu tenggelam, itu bukan karena Allah menghukum dia karena tidak menurut orang tua, tetapi karena memang begitulah hukumnya. Jika ternyata orang tuanya melihat dan menolong anak tersebut sehingga tidak celaka, itu karena kasih Allah yang menyelamatkanlah yang telah membuat orang tuanya mengetahui sehingga bisa melakukan sesuatu.


Kasus Daud


Begitu juga dengan Hukum Roh. Kita ambil contoh Daud. Terpikat oleh kecantikannya, Daud mengundang Batsyeba ke istana dan menghampirinya sehingga istri Uria itu hamil. Daud panik. Untuk menutupi aibnya, Daudpun memanggil Uria pulang dari perang dan menyuruhnya tidur dengan istrinya itu. Karena menolak, Daudpun memerintahkan agar Uria dikirim k ebarisan terdepan agar bisa mati terbunuh musuh.

Dengan mengambil Batsyeba dan menuruti “nasehat” Iblis untuk membunuh Uria, Daud telah menceburkan dirinya ke kolam dosa. Kemalangan yang menimpa dirinya dan keluarganya setelah itu bukanlah hukuman dari Allah melainkan akibat dari tindakan Daud melanggar Hukum Kasih, baik kasih kepada Allah maupun kasih kepada manusia.

Kalau kita baca kisah selengkapnya mengenai apa yang terjadi terhadap Daud beserta keluarga dan kerajaannya setelah kasusnya dengan Batsyeba ini, mungkin susah untuk manusia jasmani kita membayangkan bahwa semua kemalangan luar biasa tersebut hanya akibat saja, bukan hukuman Tuhan. Tetapi manusia rohani Daud tahu bahwa apa yang menimpa dia dan keluarganya itu tidak seberapa dibanding dengan yang seharusnya terjadi. Dia melihat bahwa Allah telah banyak mengurangi akibat pelanggaran itu hanya sampai sebatas yang dipandang-Nya perlu saja, seperti terlihat dari firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Natan, “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati.” (2 Sam. 12:13).


Manusia rohani

Untuk memberi gambaran bagaimana manusia rohani melihat, kita ambil contoh seperti ini. Pernahkah anda tanpa sengaja melukai adik batita (bawah tiga tahun) anda - menginjak kakinya dengan high heel anda umpamanya, menabrak hingga ia jatuh dan kepalanya membentur tembok, menjatuhkannya dari motor, dsb. Pasti anda merasa sangat bersalah. Hati anda terasa teriris mendengar dia menjerit kesakitan.

Begitulah yang dirasakan oleh manusia rohani kita tiap kali manusia jasmani ini melakukan pelanggaran. Manusia rohani ini tahu bahwa untuk setiap hukum yang kita langgar kita bukan hanya mencuri, merusak dan membinasakan apa yang baik yang telah direncanakan Allah buat kita tetapi juga buat saudara-saudara kita. Ia melihat bahwa karena apa yang kita lakukan, kisah hidup banyak orang berubah tanpa persetujuan mereka. Karena semua manusia rohani itu disatukan dalam kasih, mereka sakit tiap kali melihat saudara-saudara yang kita kasihi itu harus menderita karena ketidak-tahuan kita.

Pentingnya Menikah Hanya dengan Soulmate

Belajar dari kisah Daud dan menyadari betapa lemahnya pertahanan diri kita, bisa kita lihat betapa pentingnya memiliki seseorang yang selalu ada untuk mengingatkan kita, yang menopang kala kita jatuh, yang memberi semangat ketika harapan kita hampir padam, yang bisa diajak tertawa bersama ketika kita bahagia. Singkat kata, kita memerlukan seseorang, yang dengan cara yang cocok dengan kita, bisa membantu kita melihat kebesaran kasih Allah. Karena hanya kasih Allah-lah yang bisa membuat kita kuat menghadapi segala pencobaan dalam hidup kita.

Beruntunglah kita memiliki Allah yang sangat mengerti apa yang kita perlukan. Jauh sebelum kita meminta, Ia telah menyediakannya.

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej. 2:18)

Kita tidak perlu kemana-mana untuk menemukan penolong tersebut. Allah tidak kurang akal untuk mengatur hal ini. Yang perlu kita lakukan adalah persiapkan diri kita untuk menyambut rancangan Allah yang terbaik dengan cara terus menerus memurnikan kita dari kedagingan kita. Memang ini tidak mudah, perlu kesabaran dan ketekunan untuk terus menerus mendengarkan tuntunan Tuhan. Tetapi percayalah, kalau kita melibatkan Allah dalam hal ini pasti Dia akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh agar kita berhasil.

Sesekali Allah akan menguji hati kita dengan hal-hal yang berhubungan dengan keinginan daging (lihat di 1 Gal. 5:19-21). Tujuannya bukan supaya kita jatuh disitu tetapi supaya kita melatih diri untuk tidak tergoda olehnya. Sebagai Bapa yang baik Allah hanya akan memberikan yang terbaik kepada anak-Nya. Iapun ingin kita melakukan hal yang sama kepada sesama kita. Karena itu jika kita melibatkan Allah, sebelum memberkati kita untuk membentuk sebuah keluarga, Allah akan benar-benar mempersiapkan kita sehingga melalui kita hanya buah Roh yang akan diterima oleh istri/suami dan anak-anak kita dan bukan buah yang lain.


Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Gal. 5:22-23)



Saya sungguh percaya Allah menyertai kita di dalam setiap fase kehidupan kita, ketika kita masih kanak-kanak dan baru belajar melangkah, sekarang ketika kita siap membentuk keluarga dan melepaskan diri dari orang tua, hingga nanti ketika Bapa memanggil kita. Kasih-Nya tiada terbatas, kesetiaan-Nya tidak pernah berhenti. Berbahagialah kita karena memiliki Allah seperti Dia. (A&S)

No comments: