30 June 2009

Mengapa Pacarku Suka Bohong?

“Sebel. Aku paling sebel kalau punya pacar suka bohong. Namanya juga sama pacar, kita maunya percaya aja. Tapi kalau dia ngga bisa brenti bohong, buat apa pacarannya diterusin?.”

“Apa gunanya pacaran kalau kita gak bisa saling jujur dan terbuka? Menurutku, kejujuran itu harus ada dalam sebuah hubungan, bukan cuma sama pacar.”

“Gak kebayang deh punya pacar suka bohong. Lebih baik aku putusin aja. Bikin perut mules!”

“Kalau dia mau berubah dan nggak bohong lagi, apa salahnya kita maafin. Tapi sebetulnya bohong itu bisa disembuhkan nggak sih? Gimana kalau sudah menikah tetap suka bohong?”

Kutipan diatas adalah pendapat beberapa teman ketika kami sedang membahas tentang kebiasaan berbohong, terutama dengan pasangan. Tidak ada satupun dari mereka yang senang memiliki pacar yang suka bohong. Karena kebiasaan ini sangat merugikan pelakunya, bisakah sebetulnya kebiasaan ini dihilangkan? Sebelum membahas kesana, mari kita lihat dulu mengapa seseorang berbohong.

Alasan seseorang berbohong

Penyebab mendasar seseorang berbohong adalah takut menghadapi reaksi orang lain yang tidak menyenangkan hatinya atau bahkan mengancam keselamatannya jika ia memperkatakan kebenaran. Karena itu, berbohong adalah sebuah usaha untuk menciptakan “kebenaran” baru dimana orang tersebut tidak perlu tercekam oleh ketakutan tsb. Keuntungan yang dia harapkan adalah bahwa kebohongannya akan membuat orang bereaksi seperti yang dia harapkan.

Awalnya seseorang berbohong karena ingin memegang kendali atas reaksi orang yang diajak bicara. Ketika cara ini berhasil, orang tersebut akan memakainya lagi. Jika kali kedua juga berhasil maka ia akan melakukannya lagi, lagi dan lagi hingga akhirnya menjadi kebiasaan.

Contoh situasi yang memicu seseorang berbohong

Orang berbohong karena merasa kehidupannya tidak cukup memenuhi standar kelayakan.

Entah disadari atau tidak, kita mempercayai bahwa dunia ini (baca: teman-teman kita, orang tua, lingkungan, dsb) memiliki konsep tersendiri mengenai kehidupan yang dinilai layak. Jika kita tidak masuk kriteria ini, kita mulai khawatir orang akan merendahkan. Memang tidak semua orang yang merasa tidak bisa memenuhi kriteria akan memilih untuk tidak jujur tetapi semakin besar kekhawatiran seseorang, semakin besar pula dorongan yang dirasakannya untuk menciptakan realita fiktif supaya kedudukannya bisa sejajar dengan orang-orang di sekitarnya, bahkan kalau perlu lebih.

Seorang anak yang merasa khawatir perceraian orangtuanya diketahui teman-temannya akan menceritakan bahwa waktu liburan ia pergi bersama mama dan papanya ke Taman Mini, misalnya. Seorang remaja yang takut teman-teman mainnya tahu bahwa ia bukan anak orang kaya akan mengarang cerita bahwa ia tinggal di perumahan elit, satu komplex dengan Agnes Monica. Seorang kekasih yang khawatir teman-temannya tahu bahwa ia merasa tidak mampu mendapatkan pasangan yang cantik akan bercerita bahwa wajah pacarnya mirip Luna Maya tetapi selalu menolak untuk memperkenalkan pacarnya tsb kepada mereka. Seorang pencari kerja yang tidak kunjung mendapat pekerjaan dan khawatir orang menganggapnya tidak cukup memiliki kualifikasi akan mengarang cerita bahwa sebetulnya ia sudah diterima di beberapa perusahaan tetapi selalu ditolaknya karena gaji tidak cocok, misalnya, atau tempatnya jauh dari rumah, peraturannya terlalu ketat, sepertinya ia tidak akan cocok bekerja disitu, dsb.

Orang berbohong untuk menutupi perbuatannya

Dr. Phil McGraw, psikolog, mengatakan, “People will not hide anything if there is nothing to hide.” Orang akan menyembunyikan perbuatannya jika menurutnya perbuatan tsb tidak baik karena takut akan mengundang reaksi keras dari orang lain.

Anak kecil yang baru saja mengambil uang dari dompet mamanya bersikeras menyangkal perbuatannya tsb karena takut dimarahi, seorang kekasih yang memiliki pacar lain tetapi menutupinya dan bahkan berani bersumpah bahwa ia hanya teman biasa karena takut diputus pacarnya, seorang karyawan yang berbohong bahwa bukan dia yang memalsukan tanda tangan atasannya karena takut dipecat, dsb, adalah contoh dari kebohongan karena penyebab diatas.

Orang berbohong untuk mencari perhatian

Banyak orang yang meskipun haus akan perhatian tetapi sangat kesulitan mendapatkannya. Salah satu cara yang kemudian mereka pilih adalah dengan berbohong. Tidak semua orang yang memilih untuk berbohong untuk tujuan ini mengarang cerita-cerita hebat mengenai dirinya. Ada juga yang mengarang cerita sedih seperti misalnya betapa kejam perlakuan pacarnya, orang tuanya, bossnya, dsb terhadapnya. Selama cerita itu “laku dijual” dalam arti bisa mereka pakai untuk mencari perhatian, mereka akan terus memakai cara itu.

Saya pernah melihat di TV sebuah kejadian yang sangat mengejutkan dimana seorang ibu berbohong kepada teman-temannya dengan menggunakan anaknya demi mendapatkan perhatian. Awalnya ibu yang baru saja ditinggalkan suaminya ini mengatakan kepada teman-teman dekatnya bahwa anaknya sakit. Merekapun bersimpati dan mengunjungi ibu ini. Untuk sementara ibu ini terhibur. Beberapa hari setelah teman-temannya pergi ia mulai kesepian lagi. Iapun mengarang cerita bahwa sakit anaknya kambuh. Sekarang ibu ini berbohong karena sebetulnya anaknya yang baru berumur delapan bulan ini sama sekali tidak sakit tetapi sengaja tidak diberi makan selama dua hari sehingga anaknya terlihat sangat lemah. Teman-temannyapun datang lagi menjenguk dan mengungkapkan keprihatinan mereka. Ibu ini menikmati perhatian tersebut. Iapun mulai lebih sering berbohong karena ternyata cara ini selalu berhasil.

Seiring dengan berjalannya waktu, ibu ini mulai melihat bahwa sakit anaknya yang "biasa-biasa saja" tidak lagi menarik perhatian teman-temannya. Iapun mulai menciptakan kebohongan baru yang semakin lama semakin parah. Akhirnya ibu ini ditangkap polisi karena dokter yang memeriksa anaknya mencurigai bahwa ia telah melakukan kekerasan terhadap anaknya hingga beberapa tulangnya patah.

Oleh para psikolog, kebohongan semacam ini sudah dimasukkan sebagai kebohongan yang pathologis atau kebohongan yang muncul karena jiwa yang sakit.

Ini hanya beberapa contoh saja mengenai alasan seseorang berbohong tetapi intinya saya ingin kita melihat bahwa meskipun sepertinya kebohongan itu bisa menyelamatkan kita, pada akhirnya ia justru akan merugikan bahkan dapat membunuh kita. Karena itu sebelum menjadi lebih parah, mari kita hentikan sekarang juga.

Cara menghentikan kebiasaan berbohong

Orang yang sering berbohong secara tidak langsung mengirim pesan kepada orang-orang di sekitarnya, “Perkataanku jarang yang benar karena itu jangan dipercaya.” Jadi jika anda menemukan bahwa orang-orang di sekitar anda jarang yang percaya kepada anda, coba selidiki, apakah selama ini anda sering berkata tidak jujur?

Bagaimanapun tidak dipercaya itu tidak enak. Jadi jika anda menyadari bahwa anda memiliki kebiasaan berbohong, berikut ini adalah beberapa cara untuk menghentikannya.

Sadari bahwa kebiasaan berbohong adalah penyakit yang bisa disembuhkan

Kebiasaan berbohong bukanlah sifat yang tidak bisa dihilangkan. Kebiasaan terbentuk karena perbuatan yang kita lakukan berulang-ulang. Untuk menghilangkan kebiasaan berbohong, kitapun perlu secara berulang-ulang menggantikan dorongan untuk berbohong dengan keputusan untuk berkata jujur sampai kita bisa membuat kejujuran itu menjadi kebiasaan kita.

Temukan penyebab kekhawatiran anda dan hadapi

Seperti dikatakan diatas, penyebab dasar seseorang berbohong adalah karena takut menghadapi reaksi orang lain jika dia mengatakan kebenaran. Jadi jika anda menemukan diri anda sedang tergoda untuk berbohong, berhentilah sebentar dan selidiki apa yang menyebabkan anda takut mengatakan kebenaran. Apakah anda takut direndahkan? Takut perbuatan anda ketahuan dan anda akan malu? Takut bahwa dengan berkata jujur orang jadi menjauh dari anda?


Hadapi ketakutan anda tsb dan imani firman Tuhan dibawah ini. Cari juga firman yang lain yang bisa menguatkan anda. Jika anda terus menerus berpegang pada kebenaran firman Allah, anda akan rasakan bahwa semakin lama cengkeraman kekhawatiran itu semakin melemah.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)

Saya tidak menganjurkan anda untuk brutally honest atau jujur tanpa perhitungan. Bagaimanapun juga kita harus tahu siapa orang yang kita ajak bicara. Orang yang jujur tidak sama dengan orang yang tidak bisa menjaga mulutnya – semua isi hati dan pikirannya dikeluarkan. Kejujuran bagi saya adalah sebuah bentuk penghormatan kepada orang yang saya ajak bicara, sebuah pemberian yang sangat berharga. Karenanya pemberian ini haruslah diberikan kepada orang yang bisa menghargainya.

"Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." (Mat. 7:6)

Jika anda tahu pasti bahwa dengan berkata jujur anda memang akan direndahkan, lebih baik tinggalkan orang-orang tersebut dan bertemanlah dengan orang yang bisa melihat dan menghargai kelebihan anda serta bisa menerima kekuarangan anda. Tetapi tugas anda adalah meyakinkan diri sendiri bahwa di lingkungan baru ini anda tidak perlu berbohong lagi.

Jika dengan mengakui perbuatan anda, anda akan kehilangan nyawa anda, berdoalah dan minta hikmat kepada Tuhan apa yang harus anda katakan.

Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (Mat. 10:19)

Yang tidak benar adalah jika kita menjadikan berbohong sebagai kebiasaan karena selain tidak ada orang yang suka dibohongi, andapun tidak akan tahan hidup dalam kepura-puraan.

Cari komunitas yang mendukung proses pemulihan anda

Sangat susah bagi orang yang sudah dicap oleh lingkungannya sebagai tukang bohong untuk menyembuhkan kebiasaan buruknya ini. Ia memerlukan tempat yang aman dimana dia bisa membentuk identitasnya yang baru. Setelah anda menemukan tempat ini, buatlah komitmen untuk menjadi diri anda apa adanya. Untuk hal-hal yang mungkin bagi anda masih susah untuk terbuka, bicaralah hanya kepada orang yang anda bisa percaya. Bertekunlah dalam proses pemulihan. Jika anda sudah kuat dan tidak mudah terombang-ambing oleh kekhawatiran, anda akan merasakan bahwa berkata jujur itu lebih menyenangkan daripada berbohong.

Kasih itu tahan mendengar kebenaran. Ia tidak menutup telinga dan berteriak ketika yang didengarnya menyakitkan. Kekasih adalah orang yang mau memeluk ketika melihat kita takut membayangkan akibat perbuatan kita. Kekasih juga orang yang mendengar tanpa menghakimi ketika kita menceritakan kesalahan kita. Ia juga seorang sahabat yang mengulurkan tangan ketika orang lain tidak mau menerima kita. Karenanya saya selalu percaya bahwa kasih itu tidak berubah. Ia tetap saja indah, tidak peduli keadaan kita. (A&S)

No comments: